REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebutkan transisi ke ekonomi hijau dapat turut mendongkrak pendapatan masyarakat.“Pendapatan masyarakat kalau dengan struktur business as usual cuma dapat Rp582,3 triliun. Tapi, kalau bergerak ke sektor yang lebih hijau, bisa mencapai Rp902,2 triliun,” kata Bhima saat kegiatan Launching Policy Brief Greenpeace Indonesia dan CELIOS: Nasib Transisi Ekonomi Hijau di Tahun Politik di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Bhima, keinginan negara untuk mendorong konsumsi rumah tangga lebih tinggi perlu diimbangi dengan pendapatan masyarakat yang meningkat secara signifikan. Dalam hal itu, transisi ekonomi hijau dapat menjadi salah satu solusi.
Dia menjelaskan, hasil modelling yang ia lakukan menunjukkan pekerja di sektor konstruksi, perdagangan, industri pengolahan, serta pertanian, kehutanan, dan perikanan mendapat manfaat yang paling besar dari transisi ekonomi hijau. Pendapatan pekerja pada sektor konstruksi bisa meningkat dari Rp12,3 triliun dengan struktur ekonomi saat ini menjadi Rp113,89 triliun dengan struktur ekonomi hijau.
Kemudian, pendapatan pekerja di sektor perdagangan bisa naik dari Rp53,3 triliun menjadi Rp116,68 triliun. Peningkatan pada sektor industri pengolahan diproyeksikan menjadi Rp148,91 triliun dari Rp70,8 triliun. Adapun pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, peningkatan yang terjadi diperkirakan menjadi Rp84,91 triliun dari Rp28,4 triliun.
Dengan perhitungan tersebut, Bhima optimistis Indonesia bisa memiliki ketahanan ekonomi yang lebih baik, karena skema itu mendorong kekuatan ekonomi dari sisi internal negara, sehingga mengurangi kerentanan Indonesia dari dampak gejolak ekonomi global.
“Kita tidak bisa kendalikan harga minyak dan batu bara atau perang di luar sana. Jadi, kita harus move on dari ekonomi yang naik turunnya tidak bisa kita perkirakan. Kita butuh ekonomi yang lebih berkelanjutan melalui pendapatan masyarakat,” ujar dia.