REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Nama Nuruddin Zanki memeng tidak setenar Salahuddin al-Ayyubi, tetapi jasanya terhadap pembebasan Palestina juga sangat besar.
‘’Nuruddin merupakan seorang yang sangat berjasa dalam penyatuan negara-negara Muslim dan penakluk tentara salib dalam Perang Salib Kedua,’’ ujar Syekh Muhammad Said Mursi dalam bukunya Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah.
Dia dikenal sebagai seorang tentara pejuang yang menguasai teknik berperang hingga mampu memukul mundur pasukan Tentara Salib. Sejatinya, Nuruddin Mahmud Zanki memiliki nama lengkap Al Malik Al Adil Nuruddin Abul Qasim Mahmud bin Imaduddin Zanki. Dalam darahnya mengalir ningrat dari Dinasti Zanki yang menguasai Suriah pada 1146 M hingga 1174 M.
Dia memiliki sebuah cita-cita yang luhur. Meskipun tumbuh dalam kelemahan dan perpecahan yang menimpa umat Islam, semangatnya untuk menyatukan kembali negeri-negeri Islam sangatlah besar. Dia berusaha untuk mengembalikan kejayaan dan kemuliaan Islam yang pernah dirampas dari bangsanya.
Cita-citanya yang utama adalah membebaskan Baitul Maqdis dari penjajahan Tentara Salib. Salah satu usahanya pada saat itu adalah dengan membuat sebuah mimbar besar dan mengatakan kepada para Tentara Salib, mimbar tersebut akan diletakkan di Baitul Maqdis. Para Tentara Salib menertawakan niatnya.
Namun, dia tidak peduli dengan cemoohan tersebut. Dan, melalui muridnya, Salahuddin Al Ayyubi, dia berhasil meletakkan mimbar tersebut di dalam Baitul Maqdis. Keberanian Nuruddin tak perlu dipertanyakan. Ibnu Katsir mengatakan, dalam peperangan, sang pemimpin umat itu hanyalah membawa dua busur dan dua wadah anak panah sebagai senjatanya berperang.
Seorang ahli fikih, Al Quthub An Naisaburi, pernah berkata kepada Nuruddin, "Demi Allah, jangan Anda gadaikan nyawamu dan Islam. Jika Anda gugur dalam peperangan, tidak seorang pun kaum Muslimin yang tersisa dan mereka akan terpenggal oleh pedang."
Baca juga: Istilah Alquran yang Diduga Berarti Kapur Barus Pewangi yang Hanya ada di Jawa dan China
Saleh dan zuhud
Nuruddin Zanki dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan sangat taat terhadap agama. Ibnu Katsir melukiskan kesalehan sang pemimpin Muslim itu lewat sebuah kalimat, "Nuruddin itu kecanduan shalat malam, banyak berpuasa, dan berjihad dengan akidah yang benar."
Ahli fikih di Baghdad, Abul Fath Al Asyri Mu'id Nidhamiyyah, telah menghimpun sebuah biografi singkat Nuruddin. Dalam biografi tersebut, Nuruddin digambarkan sebagai seorang Muslim memelihara shalat tepat pada waktunya dan berjamaah.
"Dia menyempurnakan segala syaratnya, melaksanakan segala rukunnya, dan tuma'ninah dalam ruku dan sujudnya."
Dia juga merupakan pribadi yang zuhud terhadap dunia. Saking zuhudnya, konsumsi orang yang paling miskin pada zaman itu masih lebih tinggi dibandingkan yang ia makan. Pernah istrinya mengeluhkan beratnya penderitaan hidup. Maka, Nuruddin pun memberinya tiga toko pribadi di Kota Homs.