Ahad 07 Jan 2024 18:23 WIB

Allah Menjaga Lembaran-Lembaran Ilmu yang Ditulis Ulama Ini dari Hujan Lebat

umat Islam diminta tidak melupakan perjuagan besar para ulama.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Ilustrasi ulama memberikan nasihat.
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi ulama memberikan nasihat.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --  Ulama Islam dikenal sebagai pribadi-pribadi yang tekun dalam mengumpulkan ilmu-ilmu Allah. Perjalanan mereka dalam menempuh dan mengumpulkan ilmu tidak mudah dan penuh aral melintang. Allah pun memberikan bantuan kepada hamba-Nya. 

Syekh Aidh Al-Qarni dalam kitab Sentuhan Spiritual berpesan agar umat Islam tidak melupakan perjuagan besar para ulama dalam mengumpulkan ilmu-ilmu Allah. Beliau menjabarkan tentang bagaimana para ulama terdahulu mencari ilmu. 

Baca Juga

Salah satunya kisah dari seorang ulama bernama Ishaq Al-Kusaj yang pergi ke Khurasan. Ketika beliau tengah di padang pasir, turunlah hujan lebat. Sedangkan saat itu beliau membawa buku-buku yang dikumpulkan selama bertahun-tahun. 

Ulama itu berkata, "Tuhanku, ini buku-buku yang letih aku dibuatnya. Tuhanku, apakah semua jerih payah ini akan hilang begitu saja? Tuhanku, jagalah aku."

Ketika hujan itu reda, Ishaq Al-Kusaj mulai mengecek kembali buku-bukunya. Beliau tidak mendapatkan satu huruf pun yang basah terkena hujan tadi sebab Allah telah menjaganya sesuai doa yang beliau haturkan. Untuk itulah, Syekh Aidh berpesan agar umat Islam tidak melupakan ilmu-ilmu yang berserakan dan tetap terus mengkaji ilmu-ilmu Allah. 

Berkat kerja keras dan ketaatan para ulama terdahulu, keilmuan Islam pun terkumpul dengan rapi untuk generasi penerus. Imam Ahmad, misalnya, selama 40 tahun menggeluti pengumpulan hadits. Pikirannya tidak akan tenang sebelum pekerjaannya itu diselesaikannya. 

Beliau pergi ke Mesir, Irak, Syam, Khurasan, Hijaz, dan Shan'a di Yaman. Imam Ahmad mengumpulkan hadits demi hadits, menyelidiki riwayat dan perjalanan hadis tersebut. Demikianlah buku Imam Ahmad (Al-Musnad) memenuhi dunia, ada di laci, di perpustakaan, dan di rak-rak buku umat Islam. 

Apakah umat Islam saat ini masih mengkaji ilmu dari ulama? 

Syekh Aidh Al-Qarni mempertanyakan di manakah para pembaca dan pengkaji ilmu-ilmu dari para ulama tersebut? Di manakah mereka yang duduk membaca dan mencari hadits di dalam buku yang dikarang Imam Ahmad tersebut? 

Dahulu para ulama membaca di bawah teriknya matahari, di tengah dinginnya udara, dan dengan sedikit makanan dan minuman. Dahulu Imam Ibnu Jauzi pergi ke pinggir Sungai Dajlah membawa sepotong roti kering. Beliau tidak mungkin memakannya begitu saja tanpa air, sebab roti kering itu bisa melukai kerongkongan beliau. 

Sedangkan saat ini umat Islam, kata Syekh Aidh, tidak membaca walaupun air dingin ada di hadapan, makanan lezat tersedia di sekeliling, dan perlengkapan pendingin udara telah mengurangi panasnya matahari. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement