REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Imam Malik bin Anas bin Malik bin 'Amr al-Asbahi atau yang dikenal sebagai Imam Malik bin Anas di dalam kitab hadits dan fiqih Al-Muwaththa meriwayatkan kisah Umar bin Khattab Radiyallahu anhu.
Ibnu Syihab dari Abu Bakar bin Sulaiman bin Abi Khatsmah mengatakan bahwasanya Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu tidak melihat Sulaiman bin Abi Khatsmah ketika sholat subuh. Kemudian Umar bin Khattab pagi-pagi pergi ke pasar, sementara rumah Sulaiman berada di antara pasar dan Masjid Nabawi, maka Umar bin Khattab melewati Asy-Syifa (Ibu Sulaiman).
Umar bin Khattab berkata kepada Asy-Syifa, "Aku tidak melihat Sulaiman pada saat sholat subuh tadi?"
Asy-Syifa (Ibu Sulaiman) berkata, "Tadi malam dia sholat malam sehingga ketiduran (saat sholat subuh)."
Umar berkata, "Sungguh aku menghadiri sholat subuh secara berjamaah lebih aku cintai daripada sholat semalam suntuk." (Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al-Muwaththa)
Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa sholat subuh sebagai kewajiban lebih utama dilaksanakan ketimbang sholat malam yang sunnah. Menunaikan kewajiban lebih utama daripada amalan mustahab.
Orang yang rajin melaksanakan sholat malam kemudian terlewat sholat subuh karena ketiduran, tidak dibenarkan oleh Umar bin Khattab. Bagaimana jika ada orang yang begadang dan melakukan kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan ibadah, kemudian ketiduran saat sholat subuh. Sementara, melewatkan sholat subuh karena sholat malam saja tidak dibenarkan.
Di dalam Alquran, dijelaskan juga keutamaan sholat subuh. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
اَقِمِ الصَّلٰوةَ لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ وَقُرْاٰنَ الْفَجْرِۗ اِنَّ قُرْاٰنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُوْدًا
Aqimiṣ-ṣalāta lidulūkisy-syamsi ilā gasaqil-laili wa qur'ānal-fajr(i), inna qur'ānal-fajri kāna masyhūdā(n).
Dirikanlah sholat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula sholat) subuh! Sesungguhnya sholat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (QS Al-Isra' Ayat 78)