Rabu 14 Feb 2024 12:11 WIB

Estonia: Rusia Bersiap Menggelar Konfrontasi Militer dengan Barat

Semakin banyak pemerintah negara Barat yang memperingatkan ancaman militer dari Rusia

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Bendera di Markas Besar NATO menjelang konferensi pers setelah pertemuan Kepala Pertahanan Militer NATO di Brussels, Belgia, 18 Januari 2024.
Foto: EPA-EFE/OLIVIER HOSLET
Bendera di Markas Besar NATO menjelang konferensi pers setelah pertemuan Kepala Pertahanan Militer NATO di Brussels, Belgia, 18 Januari 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Badan Intelijen Asing Estonia mengatakan Rusia bersiap menggelar konfrontasi militer dengan Barat dalam beberapa dekade ke depan. Estonia menambahkan hal ini dapat ditahan dengan mengembangkan pasukan bersenjata.

Semakin banyak pemerintah negara Barat yang memperingatkan ancaman militer dari Rusia ke negara-negara di sepanjang perbatasan timur dengan NATO. Mereka menyerukan Eropa bersiap dengan memperkuat persenjataan.

Baca Juga

Kepala intelijen Estonia Kaupo Rosin mengatakan asesmen itu berdasarkan rencana Rusia untuk melipatgandakan jumlah pasukan yang ditempatkan di sepanjang perbatasan dengan negara-negara anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) seperti Finlandia dan negara-negara Baltik seperti Estonia, Lithuania dan Latvia.

"Rusia memilih jalan yang merupakan konfrontasi jangka-panjang dan Kremlin mungkin akan mengantisipasi kemungkinan konflik dengan NATO pada dekade mendatang atau berikutnya," kata Rosin dalam peluncuran laporan ancaman keamanan nasional Estonia, Senin (13/2/2024).

Ia mengatakan serangan militer Rusia "kemungkinan besar" tidak dilakukan dalam waktu dekat. Sebagian besar karena mereka harus mempertahankan pasukan di Ukraina dan kemungkinan masih lama bagi Rusia membangun pasukan untuk setara dengan Eropa.

"Bila kami tidak mempersiapkannya, kemungkinan serangan militer Rusia akan lebih tinggi dibandingkan tanpa persiapan," tambah Rosin. Estonia dan negara-negara Baltik meningkatkan anggaran pertahanannya di atas dua persen Produk Domestik Bruto mereka setelah Rusia menganeksasi Ukraina pada 2014 lalu dan sekutu-sekutu NATO menambah kehadiran mereka di negara-negara itu. Jerman berencana mengerahkan 4.800 pasukan siap tempur di kawasan pada tahun 2027, pengerahan pasukan Jerman ke wilayah lain sejak Perang Dunia II.

Rosin mengatakan NATO dan sekutu-sekutunya bergerak ke arah yang tepat dalam menghadapi ancaman Rusia. Ia tidak memperkirakan Rusia tidak akan meraih terobosan di Rusia sebelum pemilihan presiden bulan Maret mendatang, karena perlu mobilisasi pasukan besar-besaran untuk meraih itu.

Mengenai pernyataan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengindikasi ia tidak akan membantu sekutu NATO yang kurang berkontribusi bila terpilih dalam pemilihan presiden bulan November mendatang. "Pernyataan itu tidak pernah membantu," kata Rosin.

Ia menambahkan kemampuan Rusia menyediakan amunisi pada pasukannya terus melebihi kemampuan Ukraina. Kecuali bila dukungan Barat dilanjutkan atau ditambah, kata Rosin, Ukraina tidak akan dapat mengubah situasi di medan perang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement