REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China pada Selasa (12/3/2024), menyebut Amerika Serikat (AS) mengeksploitasi krisis Ukraina untuk "tujuan geopolitik" negara itu sendiri. "Apa yang AS pedulikan bukanlah Ukraina, namun mewujudkan tujuan geopolitik dan strategisnya melalui krisis Ukraina," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin.
Ia menanggapi komentar yang dibuat oleh kepala mata-mata AS William Burns dalam suatu sidang Senat. "Jika kita terlihat menarik dukungan untuk Ukraina, hal ini tidak hanya akan menambah keraguan di antara sekutu dan mitra kita di Indo-Pasifik, namun hal ini juga akan memicu ambisi kepemimpinan China dalam menghadapi berbagai kemungkinan mulai dari Taiwan hingga Laut China Selatan," kata Burns kepada para senator, Senin (11/3/2024).
Secara terpisah, dalam laporan Penilaian Ancaman Tahunan 2024 pada hari yang sama, badan intelijen AS mengatakan: "China yang ambisius tetapi cemas, Rusia yang konfrontatif, beberapa kekuatan regional, seperti Iran, dan aktor-aktor non-negara yang lebih cakap menantang peraturan-peraturan sistem internasional yang sudah lama serta keunggulan AS di dalamnya."
Laporan tersebut menuduh China 'mungkin berupaya mempengaruhi pemilu AS pada 2024 pada tingkat tertentu karena keinginan China untuk mengesampingkan kritik terhadap China dan memperbesar perpecahan masyarakat AS.' Wang mengatakan, perwakilan khusus China untuk Urusan Eurasia, Li Hui, mengunjungi Rusia, markas besar Uni Eropa, Polandia, Ukraina, Jerman, dan Prancis pada awal Maret.
Dalam kunjungannya, Li berdiskusi dengan para pejabat mengenai resolusi politik krisis Ukraina. "Semua pihak sangat menghargai upaya Li untuk mewakili China dalam mendesak perundingan perdamaian," kata Wang.
Dia juga menekankan, China dengan tulus berharap bahwa semua pihak terkait akan berupaya menuju gencatan senjata lebih awal dan membangun kerangka keamanan Eropa yang seimbang, efektif, berkelanjutan.