REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah menjadi tradisi pada setiap Hari Raya Idul Fitri, orang dewasa memberikan "THR" untuk keluarga terutama anak-anak. Karena itu, beberapa pekan menjelang Lebaran, gerai penukaran uang baru dalam pecahan nominal kecil banyak diburu oleh masyarakat.
Akan tetapi, keriaan itu terkendala karena uang pecahan yang disediakan bukanlah "uang baru" atau hasil cetak sempurna (HCS), melainkan uang layak edar (ULE).
Banyak masyarakat yang mengetahui hal ini menjadi kecewa. Salah satunya adalah Wisnu Priambodo, karyawan 32 tahun yang berdomisili di Jakarta Selatan. Dia berencana menukar uang di BCA Cabang Pasar Minggu dan telah diberi tahu bahwa tahun ini tidak tersedia "uang baru" seperti sebelumnya. Dari petugas setempat, Wisnu mengetahui ULE yang tersedia hanya pecahan Rp 2.000 dan Rp 20.000.
"Karena biasa membagikan uang baru saat Lebaran, vibes-nya pasti akan berbeda. Anak kecil lebih senang pegang uang baru, daripada yang lemes. Jelas lebih berharap ada uang baru," kata Wisnu kepada Republika, Senin (25/3/2024).
Nana, warga Depok, Jawa Barat, juga kecewa karena penukaran uang baru tidak lagi dilayani di bank. Perempuan berhijab itu telah mencari informasi ke sejumlah bank, tetapi mendapat keterangan bahwa memang yang bisa ditukar hanya ULE dalam pecahan nominal tertentu.
Semula, Nana tetap berusaha mencari ke bank lainnya, lantaran dia khawatir ULE yang didapat dari penukaran terlihat lecek dan tidak menarik jika dibagikan. Namun, dia tak kunjung mendapat layanan penukaran uang baru. Akhirnya, Nana memilih tetap menukarkan ULE dalam pecahan nominal kecil dengan pertimbangan takut tidak kebagian jika menundanya mendekati hari-H.
"Mau tidak mau, tukar dulu yang ada. Kalau nanti bisa dapat uang baru (di gerai lain), ya bisa tetap dibagikan juga," ungkap Nana.
Dari Kota Malang, Jawa Timur, Galuh Febrianto juga memiliki kebiasaan menukarkan uang rupiah dalam pecahan nominal lebih kecil jelang Ramadhan untuk "salam tempel" alias THR bagi para keponakannya. Dari tahun ke tahun, Galuh menukarkan uang di bank yang sama.
Berdasarkan pengalaman Galuh dari tahun ke tahun, pecahan uang nominal Rp 5.000 adalah yang paling susah didapat. Nominal itu sering kali telah habis, sehingga Galuh hanya kebagian menukarkan uang pecahan dengan nominal Rp 2.000 dan Rp 10.000.
Dengan pemberitahuan bahwa tahun ini penukaran uang berupa ULE, Galuh sedikit menyayangkan. Namun, dia berharap uang yang nanti ditukar masih terlihat layak. "Pernah tahun lalu juga dikasih uang yang lecek karena stok yang baru sudah habis. Kalau tidak ada yang kinclong ya tetap tukar juga, soalnya sudah tradisi, Lebaran memberikan angpao," ujar Galuh.
Warga Tangerang Selatan, Mikaila, sudah bertandang ke Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk menukar uang, namun mendapat informasi tidak ada penukaran uang baru, hanya ada ULE. Dia lantas mencoba ke Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk menukarkan uang pecahan kecil pekan lalu.
Mikaila mendapat keterangan bahwa layanan penukaran rupiah belum dibuka, dengan alasan belum dikirim dari pusat. Karenanya, dia berasumsi itu adalah pecahan uang baru dan akan menantikannya. Selain itu, ada aturan penukaran di BSI, yakni setiap nasabah hanya boleh menukarkan 100 lembar per nominal uang. Dengan berbagai aturan itu, Mikaila tetap ingin berburu pecahan uang baru. "Rencana mau keliling bank BSI biar dapat bergepok-gepok titipan," tutur Mikaila.