Rabu 27 Mar 2024 15:51 WIB

Areum Mantan Personel Girlband T-ara Dilarikan ke RS Setelah Mencoba Bunuh Diri

Belum diketahui rincian lain terkait kondisi Areum sebelum dibawa ke rumah sakit.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Friska Yolandha
Aerum T-Ara.
Foto: Koreaboo
Aerum T-Ara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Areum, mantan personel girlband K-Pop T-ara dilarikan ke rumah sakit setelah melakukan percobaan bunuh diri. Dia dibawa ke rumah sakit pada Rabu (27/3/2024) pagi waktu setempat, dan kini masih menjalani perawatan.

Dikutip dari laman Koreaboo, Rabu (27/3/2024), belum diketahui rincian lain terkait kondisi Areum sebelum dibawa ke rumah sakit. Akan tetapi, sebelumnya dia diketahui membagikan foto mantan suaminya yang menganiaya anak mereka.

Baca Juga

Selain itu, Areum juga pernah membagikan foto-foto yang menunjukkan luka-luka yang dia dapat akibat kekerasan dalam rumah tangga. Dia juga berbagi rincian tentang bagaimana dia menjadi korban dari seseorang yang berpura-pura menjadi dirinya untuk melakukan pemerasan.

Kepala divisi pencegahan bunuh diri di Administrasi Layanan Penyalahgunaan Zat dan Kesehatan Mental (SAMHSA) Amerika Serikat, Richard McKeon, menyebutkan bahwa bunuh diri dan kekerasan domestik sangat berkaitan erat. Korban kekerasan yang dilakukan pasangan dua kali lebih mungkin melakukan percobaan bunuh diri.

Selain itu, kasus pembunuhan dan bunuh diri besar kemungkinan terjadi dalam konteks kekerasan domestik atau kekerasan rumah tangga. McKeon menganjurkan tenaga medis atau profesional kesehatan mental yang bekerja di bidang pencegahan bunuh diri tidak melewatkan tanda-tanda keinginan bunuh diri pada pasien yang mengalami kekerasan.

Demikian pula jika seseorang dilarikan ke ruang gawat darurat karena upaya bunuh diri. "Sangat penting untuk menanyakan apakah terjadi kekerasan yang dilakukan oleh pasangan serta apakah karena itu mereka memiliki pemikiran untuk bunuh diri," ujar McKeon, dikutip dari situs resmi American Psychological Association (APA).

Presiden APA, Nadine J Kaslow, yang juga seorang profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Emory University Medical School berharap para psikolog tidak mengabaikan hubungan antara bunuh diri dan kekerasan yang dilakukan pasangan. Ketika pasien datang karena kekerasan yang dilakukan oleh pasangan, psikolog sering kali lebih memperhatikan kekerasan dalam hidup mereka dibandingkan betapa tidak berdaya dan putus asanya perasaan mereka akibat kekerasan tersebut.

"Mereka mungkin merasa satu-satunya jalan keluar adalah dengan bunuh diri. Demikian pula, orang-orang datang setelah melakukan upaya bunuh diri, jika psikolog tidak bertanya secara langsung tentang kekerasan domestik yang mungkin dialami, pasien sering kali terlalu malu untuk membicarakannya," tutur Kaslow.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement