REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Universitas Islam Bandung (Unisba) menjadi pelaksana Program Perguruan Tinggi Mandiri Gotong Royong Membangun Desa (PTMGRMD) 2024 setelah Rektor Unisba, Prof Dr H Edi Setiadi, SH MH diamanahkan menjadi ketua umum dan Wakil Rektor I Unisba, Prof Ir A Harits Nu’man, MT PhD IPM dipercaya kembali menjadi ketua pelaksana pada program ini, setelah di tahun sebelumnya menjabat posisi yang sama.
Pelaksanaan program ini ditandai dengan “Pelepasan KKN Tematik 2023 dan Penerimaan KKN Tematik Tahun 2024 yang dilaksanakan di di Pendopo PPS Kabupaten Sumedang, belum lama ini. Sedangkan para peserta yang merupakan mahasiswa secara resmi dilepas pada 16 Februari dan program ini akan berakhir pada 16 Juni 2024.
PTMGRMD sebagai bagian dari implementasi Permendikbudristek Nomor 53 tahun 2023 untuk mewujudkan Kampus Merdeka Mandiri (KMM) di lingkungan LLDIKTI Wilayah IV. Program ini merupakan penerapan kolaborasi pentahelix. Yaitu, sinergi antara LLDIKTI Wilayah IV, Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah dan Masyarakat agar memiliki ownership dalam peningkatan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Warek I Unisba Harits mengatakan, kegiatan PTGRMD yang berkolaborasi dengan Pemda Kabupaten Sumedang ini merupakan tahun kedua pelaksanaannya dan dilakukan di 251 Desa yang ada di 26 Kecamatan di Kabupaten Sumedang. Total Mahasiswa, ada 1.247 orang berasal dari 142 perguruan tinggi dengan rincian 68 perguruan tinggi negeri dan 142 perguruan tinggi swasta yang berada di wilayah LLDIKTI IV, serta 49 perguruan tinggi swasta non LLDIKTI IV.
Mahasiswa Unisba yang mengikuti kegiatan ini tercatat sebanyak 20 orang yang berasal dari berbagai fakultas yakni Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Perbankan Syariah, Ekonomi Pembangunan, Ilmu Hukum, Hukum Keluarga Islam, dan Ilmu Komunikasi yang tersebar di Kelurahan Cimalaka yakni Desa Citimun dan Naluk, serta Kelurahan Conggeang yakni Desa Cibeureuyeuh dan Cipamekar. Para peserta juga didampingi oleh dua orang Dosen Pendamping Lapangan (DPL).
Harist menjelaskan, program ini memiliki lima indikator dalam proyek membangun desa. Targetnya, yaitu zero news stunting dalam upaya pencegahan stunting. Serta, literasi masyarakat miskin extreme dengan mengedukasi terhadap masyarakat agar tidak masuk ke kategori miskin. Selain itu, ada juga satu desa satu produk yang diharapkan satu desa tersebut memiliki satu produk unggulan, program kesejahteraan sosial agar memberikan kesejahteraan kepada masyarakat di desanya, dan inovasi dengan memberikan keleluasaan kepada perguruan tinggi untuk mengelaborasi karakter kompetensi perguruan tingginya dalam membangun desa disana.
Harist berharap, lima indikator tersebut bisa dicapai melalui edukasi-edukasi yang diberikan mahasiswa kepada masyarakat desa. ”Edukasi dengan mengandalkan mahasiswa jauh lebih efektif karena mereka akan berada disana selama empat bulan dan berkeliling untuk mengedukasi masyarakatnya sehingga bisa lebih memperoleh personal approach,” paparnya.