Selasa 02 Apr 2024 05:25 WIB

Bolehkah Menampakkan Kesuksesan Ketika Mudik? Ini Penjelasan Prof Quraish Shihab

Menunjukkan kesuksesan boleh asal tidak diniatkan untuk pamer.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Muhammad Hafil
Arus Mudik (ilustrasi)
Foto: republika
Arus Mudik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Puluhan ribu bahkan ratusan ribu orang perantauan akan pulang ke kampung halaman ketika musim mudik tiba. Mereka biasanya merantau demi memperbaiki ekonomi keluarga sehingga rela berpisah dengan keluarga di kampung bertahun-tahun. Hanya pada Lebaran adalah momen tepat untuk pulang sekaligus menyambung silaturahmi dengan keluarga dan kerabat.

Namun, kini tak jarang kepulangannya ke kampung halaman menjadi ajang pamer kesuksesan secara ekonomi. Misalnya pamer mobil, baju lebaran, dan bagi-bagi uang kepada keluarga ataupun tetangga. Apakah boleh Islam menampakkan kesuksesan?

Baca Juga

Ahli tafsir Alquran, Prof Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati Pijar Hikmah dan Teladan Kehidupan mengatakan tidak ada salahnya ketika mudik menampakkan kesuksesan dengan catatan tidak mengandung unsur pamer, berbangga-bangga dan pemborosan. Terlebih jika sikap menampakkan kesuksesannya itu menimbulkan kecemburuan sosial maka itu tidak diperbolehkan.

Prof Quraish berpendapat bahwa menampakkan kesuksesan merupakan salah satu bentuk mensyukuri nikmat Allah SWT. Hal tersebut sebagaimana sabda Rasulullah Saw, "Allah senang melihat hasil nikmat-Nya (ditampakkan) oleh hamba-Nya." Menurut Prof Quraish, sabda Nabi Saw tersebut selaras dengan firman Allah SWT Surah adh-Dhuha ayat 11:

وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

Wa ammā bini‘mati rabbika fa ḥaddiṡ.

Artinya: "Terhadap nikmat Tuhanmu, nyatakanlah (dengan bersyukur)."

Tafsir Tahlili dalam Quran Kemenag juga dijelaskan bahwa menyebut-nyebut nikmat Allah SWT yang dimaksud dalam ayat ini bukan untuk membangga-banggakan diri melainkan bentuk syukur dan berharap orang lain juga mensyukuri nikmat yang didapatkannya. Ayat ini juga penegasan kepada Nabi Muhammad saw agar memperbanyak pemberian kepada orang-orang fakir miskin.

Dan kebiasaan orang kikir adalah dia menyembunyikan kekayaannya untuk menjadi alasan tidak bersedekah. Mereka justru sering memperdengarkan kekurangannya daripada kesuksesannya.

Prof Qurasih mengatakan sebagian mufasir memahami ayat ini sebagai perintah untuk menyampaikan kepada orang lain dalam bentuk ucapan dan sikap betapa besarnya nikmat Allah yang diraihnya. Namun Prof Quraish menegaskan agar tidak diniatkan membangga-banggakan diri ketika menampakkan kesuksesan.

 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement