Rabu 01 May 2024 17:00 WIB

Dokter: Berat Janin tak Bertambah Bisa Jadi karena Faktor Rahim Ibu

Rahim perempuan usia di bawah 19 atau dan bahkan 21 tahun kurang matang untuk janin.

Dokter sebut berat janin tak bertambah bisa jadi karena faktor rahim ibu belum matang. (ilustrasi)
Foto: Dok: Peneliti Durham University
Dokter sebut berat janin tak bertambah bisa jadi karena faktor rahim ibu belum matang. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter umum yang juga Ketua Yayasan Perempuan Sadar Vagina dr Dhiazmara Putra Ariyanto mengungkapkan berat janin tak bertambah bisa jadi karena faktor rahim ibu yang belum matang.

"Sudah bulan ke berapa, usia kehamilannya tetapi tidak bertambah berat bayinya, itu salah satu pengaruh dari kurang matang rahimnya," ujar dia dalam webinar yang diselenggarakan Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta di Jakarta, Rabu (1/5/2024).

Baca Juga

Dhiazmara mengatakan, rahim perempuan pada usia di bawah 19 atau dan bahkan 21 tahun kurang matang untuk mengembangkan janin sehingga menyebabkan perkembangan bayi kurang ideal. "Perempuan rata-rata usia 10-12 tahun sudah bisa menstruasi, sudah matang sel telurnya. Tapi sudah matang, belum tentu sudah ideal," kata dia.

Selain rahim, Dhiazmara juga mengatakan, kondisi kesehatan tubuh ibu seperti kecukupan zat besi, ada atau tidaknya penyakit seperti anemia juga dapat memunculkan dampak negatif pada janin.

Anemia defisiensi besi misalnya berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan kematian janin. Selain itu, ibu yang terkena dampak sering mengalami kesulitan bernapas, pingsan, kelelahan, jantung berdebar dan kesulitan tidur.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, sebanyak 48,9 persen ibu hamil mengalami anemia dan sebanyak 17,3 persen ibu hamil mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK). Lalu 28 persen ibu hamil memiliki risiko komplikasi persalinan yang dapat menyebabkan kematian.

Sementara itu, merujuk Kementerian Kesehatan, kehamilan pada usia muda khususnya remaja antara lain berisiko melahirkan bayi prematur, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), perdarahan persalinan, yang dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi. Di sisi lain, kehamilan pada usia remaja juga berhubungan dengan kehamilan yang tidak dikehendaki dan aborsi tidak aman.

Kepala Seksi Pengendalian Penduduk dan Keluarga Bencana (PPKB) Suku Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) Jakarta Selatan, Maria Gracia Manurung menambahkan, kehamilan pada usia muda seperti pada dua kasus terakhir yang menjadi bahan diskusi di Dinas PPAPP bisa berhubungan dengan kehamilan yang tak diinginkan.

"Kondisi ini bisa membuat ibu tidak bersemangat merawat janinnya," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement