Rabu 08 May 2024 16:30 WIB

Musik di Sekitar Ilmuwan Besar Muslim

Sejumlah Ilmuwan Muslim akrab dengan musik.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Al-Farabi (Alpharabius), salah satu ilmuwan Muslim yang dekat dengan musik.
Foto: google.com
Al-Farabi (Alpharabius), salah satu ilmuwan Muslim yang dekat dengan musik.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Banyak ilmuwan Muslim yang terkenal dengan karya-karya besarnya. Mereka memberikan banyak sumbangsih dalam sejarah peradaban umat manusia. 

Banyak karya-karya gemilang mereka mulai dari Filsafat, Matematika, astronomi, kedokteran, medis, sastra, hingga musik disadur oleh para ilmuwan barat. Khususnya dalam bidang musik, para sufi  tidak hanya menjadikan musik sebatas hiburan semata, tetapi sumber pengobatan terapi hingga menjadikannya sebagai jalan menuju cinta kepada sang Khalik.

Baca Juga

Bahkan menurut seorang sarjana Prancis, Jean Benjamin de la Borde dalam bukunya yang berjudul “Essai sur la Musique et moderne” (1780) menyebutkan, bahwa pencetus notasi Do Re Mi Fa So La Si do yang banyak disebut-sebut adalah Guido Arezzo, adalah keliru. Menurut Benjamin, notasi yang dipakai oleh Arezzo justru merupakan duplikasi dari temuan ilmuwan Muslim Ishaq Al-Mausili.

Begitu juga Ehsan Masood dalam bukunya “Ilmuwan-Ilmuwan Muslim” menyebut bahwa notasi musim do re mi fa so la si do merupakan temuan ilmuwan Muslim.

Ilmuwan-ilmuwan Muslim yang juga memiliki pengaruh besar pada bidang musik antara lain, Abu Yusuf Yaqub Ibn Ishaq as-Sabbah al-Kindi, Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Farabi, Muhammad ibn Musa al-khawarizmi, dan Ishaq Al-Mausili.

Ishaq Al-Mausili

Ishaq Al-Mausili (wafat 850 M) adalah salah seorang musisi Muslim terbesar di kancah dunia musik Arab pada zaman kekhalifahan. Darah seni menetes dari ayahnya, Ibrahim Al-Mausili (wafat 804 M), yang juga seorang musisi besar.

Selain kepada ayahnya, Ishaq juga mempelajari musik dari pamannya yaitu Zalzal, dan musisi terkenal Atika binti Sudha. Beliau mempelajari musik dari berbagai negara. 

Ishaq terlahir di Al-Raiy, Persia Utara. Ishaq cilik memulai pendidikannya dengan mempelajari Alquran, tradisi, budaya, dan sejarah. Namun sejak kecil Ishaq memang sudah kepincut dengan musik. Ia mempelajari musik dari berbagai negara. Kelak, di pusat pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah nama Ishaq melambung sebagai seorang musisi legendaris. Ia adalah musisi yang intelek. Hal itu dibuktikan dengan perpustakaan pribadinya yang tercatat sebagai yang terbesar di Baghdad.

Ishaq telah memberi sumbangan penting bagi pengembangan ilmu musik. Dialah musisi yang memperkenalkan solmisasi: do re mi fa sol la si do. Ishaq Al-Mausili memperkenalkan solmisasi dalam bukunya, Book of Notes and Rhythms dan Great Book of Songs, yang begitu populer di Barat.

Musisi Muslim lainnya yang juga memperkenalkan solmisasi adalah Ibn Al-Farabi (872 M-950 M) dalam Kitab Al-Mausiqul Kabir. 

Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Farabi

Al-Farabi atau nama lengkapnya Abu Nashr Muhammad bin Tarkhan bin Uzlag al-Farabi. Ia merupakan salah satu filsuf Islam terkemuka yang di dunia Barat dikenal dengan nama Alpharabius atau Abunasir (Avennaser). 

Al-Farabi ahli dalam bidang logika, musik, kemiliteran, metafisika, teologi, ilmu alam, dan astronomi. Dalam bidang musik, Al Farabi menulis buku berjudul Musiq al-Kabir. Buku ini telah menjadi rujukan penning bagi perkembangan musik klasik barat.

Dalam buku “Musiq al-Kabir”, Al-Farabi menguraikan tentang ‘not’ musik. dalam bukunya juga ia menjelaskan Bahia bahwa musik bisa menciptakan persan senang, senang, naman, mampu mempengaruhi moral, mengendalikan emosi, mengembangkan spiritualitas, dan menyembuhkan penyakit seperti gangguan psikosomatik.

Al-Farabi lahir di Transoxania di Distrik Farab (juga dikenal dengan nama Utrar), wilayah Uzbekistan sekarang, pada tahun 872 M. Ibunya berdarah Turki, sedangkan ayahnya adalah seorang opsir tentara Turki keturunan Persia. Ayah mengabdi kepada pangeran-pangeran Dinasti Samaniyah. Fakta bahwa Al-Farabi merupakan putra seorang militer menjadi cukup penting karena hal itu memisahkan dirinya dari filsuf-filsuf Islam abad pertengahan lainnya. 

Tidak seperti Ibnu Sina yang ayahnya bekerja dalam birokrasi Samaniyah atau Al-Kindi yang ayahnya adalah gubernur Kufah. Al-Farabi tidak termasuk dalam kelas katib, yaitu kelas yang memainkan peranan administratif yang besar bagi pengusaha-pengusaha Abbasiyah dan satelit-satelit mereka. la hidup pada masa kepemimpinan Khalifah Mu'tamid (869-892 M) dan meninggal pada masa pemerintahan Khalifah Al-Muthi' (946-974 M).

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement