REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- SAD (50 tahun) tidak menyangka Bus Trans Putera Fajar yang dikemudikannya dan membawa rombongan pelajar SMK Lingga Kencana harus mengalami kecelakaan di Jalan Raya Ciater, Subang, Sabtu (11/5/2024) malam. Akibatnya, 11 orang meninggal dunia dan puluhan orang mengalami luka ringan dan berat.
Saat memasuki wilayah Tangkuban Parahu, ia mengaku membawa rombongan ke rumah makan untuk makan sore terlebih dahulu. Setelah makan sore selesai, ia pun melanjutkan perjalanan menuju Depok.
"Sebelum jauh kita isi angin setelah kondisi angin full kita jalan. Sempat (juga), namanya setel rem," ucap dia di RSUD Subang, Ahad (12/5/2024).
Ia menuturkan perjalanan bus berjalan dengan lancar termasuk saat memasuki kawasan Ciater. Saat berada di perempatan Ciater, SAD mengaku mengerem bus dan menetralkan gigi persneling sebab terdapat mobil yang keluar masuk ke kawasan Ciater.
"Sampai perempatan Ciater biasa ada mobil keluar masuk. Kita berhenti, nahan direm, gigi netral. Pas ngerem memasuki mau gigi mau jalan ternyata saya lihat kondisi angin berkurang," kata dia.
Ia mengungkapkan kondisi angin yang rata-rata berada di angka tujuh atau delapan turun drastis ke angka lima atau berstatus merah. Setelah itu, SAD mengaku tidak bisa memasukkan gigi persneling dan rem tidak berjalan.
"Setelah angin berkurang itu enggak bisa masuk gigi dan fungsi rem gak bisa membaik gak bisa direm," kata dia.
Ia pun sempat memberitahukan kondisi itu ke rekannya. Dengan situasi itu, SAD berusaha mencari jalur darurat rem blong. Namun, ia mengaku tidak berhasil menemukan jalur darurat tersebut.
"Saya inisatif cari tiap turunan ada tempat emergency penyelamatan gitu yang tinggi. Saya cari-cari itu gak dapat mulai dari atas sampai tempat kejadian," kata dia.