REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat Ekonomi Nasional Gedung Putih Lael Brainard mengatakan kapasitas industri dan ekspor Cina pada sektor tertentu terlalu besar. Sehingga dapat melemahkan kelangsungan investasi di Amerika Serikat (AS).
"Pada dasarnya saat ini Cina terlalu besar untuk bermain dengan aturannya sendiri," kata Brainard dalam pidato di lembaga think-tank, Center for American Progress, Kamis (16/5/2024).
"Kapasitas industri dan ekspor Cina pada sektor tertentu saat ini begitu besar, mereka dapat melemahkan kelangsungan investasi di AS dan negara-negara lain," katanya dilansir laman Reuters.
Pada awal pekan ini Presiden AS Joe Biden mengumumkan kenaikan tarif sejumlah barang impor Cina termasuk baterai mobil listrik, cip komputer dan produk-produk medis. Cina berjanji membalas keputusan tersebut.
Kementerian Perdagangan Cina mengatakan Beijing menentang kenaikan tarif AS dan akan mengambil langkah untuk membela kepentingannya sendiri.
Brainard juga memperingatkan siklus baru kebijakan Cina yang mendorong kelebihan kapasitas dan lonjakan ekspor dapat menimbulkan konsekuensi buruk pada pekerja AS, melemahkan pasar berbasis inovasi dan kompetisi dan ketahanan rantai pasukan AS. "Kami belajar dari masa lalu. Tidak akan ada Kejutan Cina kedua di Amerika," katanya.
Ia juga mengatakan AS akan bekerja sama dengan Meksiko untuk mengatasi kekhawatiran mengenai sejumlah ekspor baja dan barang otomotif Cina dapat masuk melalui Meksiko. Pernyataan Brainard disampaikan usai CEO Siemens Energy Christian Bruch mengatakan sektor energi Eropa terlalu bergantung pada Cina. Hal ini mencerminkan dilema industri yang membutuhkan pasokan dari perekonomian nomor dua di dunia tetapi tidak dengan persaingan yang menyertainya.
Komentar Bruch muncul ketika ketegangan perdagangan global dengan Cina memanas, dengan AS menaikkan tarif pada kendaraan listrik Cina minggu ini dan Uni Eropa mencari langkah serupa untuk melindungi pemain lokal dari persaingan tidak sehat.