REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA — Pelapor khusus PBB untuk Palestina Francesca Albanese mengkritik kekejaman Israel terhadap warga Palestina dan menyebut hal itu sebagai pembangkangan terang-terangan terhadap hukum internasional yang tidak dapat diterima.
“Kekejaman ini, serta pembangkangan terang-terangan terhadap hukum dan sistem internasional, tidak dapat diterima,” kata Albanese melalui media sosial X, Senin (27/5/2024).
Dia mendesak masyarakat internasional untuk meningkatkan tekanan eksternal terhadap negara tersebut untuk menghentikan genosida di Gaza.
“Pasukan pendudukan Israel telah mengebom sebuah kamp pengungsi Palestina di #Rafah, menyebabkan tenda-tenda plastik terbakar dan secara tragis membakar orang-orang hidup-hidup,” keluhnya.
Albanese lebih lanjut menyerukan kepada komunitas internasional bahwa genosida di Gaza tidak akan berakhir dengan mudah tanpa tekanan dari luar seperti sanksi dari forum internasional.
“Israel harus menghadapi sanksi, keadilan, penangguhan perjanjian, perdagangan, kemitraan dan investasi, serta partisipasi dalam forum internasional," tegasnya.
Israel telah membunuh hampir 36 ribu warga Palestina di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas yang dilakukan oleh pejuang Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.
Kampanye militer telah mengubah sebagian besar wilayah kantong berpenduduk 2,3 juta orang menjadi reruntuhan, menyebabkan sebagian besar warga sipil kehilangan tempat tinggal dan berisiko kelaparan.
Serangan tersebut terjadi meskipun ada keputusan Mahkamah Internasional yang memerintahkan Israel untuk menghentikan serangannya di Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserbu pada 6 Mei lalu.
Sedikitnya 30 orang gugur dan puluhan lainnya terluka saat Israel menyerang sebuah kamp yang dihuni pengungsi di Kota Rafah, Gaza selatan, pada Ahad (26/5/2024), menurut sumber media dan pejabat.
Serangan itu terjadi dekat pusat logistik Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Tal Al Sultan, kata kantor media Gaza.
Serangan pesawat tempur Israel menghantam beberapa tenda di wilayah tersebur, sebut kantor itu, seraya menambahkan bahwa serangan dilakukan dengan menggunakan rudal dan bom seberat sekitar 907 kilogram.
Sebelumnya, pasukan pertahanan sipil Gaza mengatakan mereka memindahkan 50 orang, termasuk mereka yang gugur dan terluka, setelah terjadi pengeboman. Wilayah yang menjadi target tersebut menaungi setidaknya 100 ribu pengungsi, menurut pasukan itu.
Bulan Sabit Merah Palestina dalam pengarahan singkatnya mengatakan kru ambulans mereka membawa para korban ke pusat-pusat medis terdekat.
Serangan itu menyebabkan kebakaran di wilayah itu, yang masih terus berkobar, menurut para saksi.
“Kami menyelamatkan sejumlah besar anak-anak yang menjadi korban pengeboman Israel, termasuk seorang anak tanpa kepala dan anak-anak yang tubuhnya hancur,” kata seorang petugas paramedis Palestina kepada Anadolu.
“Pembantaian Rafah merupakan pesan jelas Israel kepada ICJ dan komunitas internasional bahwa serangan terhadap warga sipil di Gaza terus berlanjut,” kata kantor media dalam pernyataannya.
Kantor tersebut lebih lanjut mencatat bahwa “sedikitnya 190 warga Palestina terbunuh dan terluka dalam 24 jam terakhir karena tentara Israel menargetkan lebih dari 10 tempat penampungan bagi para pengungsi di Jalur Gaza”.
Tentara sebelumnya telah mengidentifikasi kamp yang dibom di Rafah masuk "dalam zona aman di mana para pengungsi didesak untuk pergi."