Ahad 02 Jun 2024 21:19 WIB

Perjanjian Aqabah di Bulan Dzulhijah

Perjanjian tersebut dibuat untuk membantu Nabi Muhammad dalam berdakwah di Yatsrib.

Rep: Mgrol150/ Red: Muhammad Hafil
Kota Madinah tempo dulu.
Foto: Republika.co.id
Kota Madinah tempo dulu.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Pada bulan Dzulhijah terdapat beberapa peristiwa penting yang terjadi, salah satunya adalah pernjanjian Aqabah. Perjanjian tersebut dibuat untuk membantu Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah di Yatsrib (Madinah).

Perjanjian tersebut bertepatan dengan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dan alasan dinamakan Aqabah karena dilaksanakan di sebuah wilayah bernama Aqabah, terletak kurang lebih sekitar 5 kilometer dari Mekkah. Pada momen tersebut, para penduduk kota Madinah sedang membutuhkan pemimpin yang cocok untuk mempersatukan suku Aus dan Khazraj.

Baca Juga

“Perjanjian Aqabah bermula pada tahun ke-11 kenabian tatkala Rasulullah SAW bertemu dengan enam orang dari suku Khazraj, Yastrib yang datang ke Mekkah untuk menunaikan haji,” dikutip dari buku karya Ahmad Sugiri yang berjudul, Sejarah Kebudayaan Islam Periode Klasik.

Keenam orang tersebut di antaranya bernama As'ad bin Zurara, Auf bin Haritha (Ibn Afra'), Raafi' bin Malik bin Ajlan, Quthah bin Amir bin Hadidah, Uqbah bin Amir, dan Jabir bin Adullah bin Riab. Mereka berenam menghadiri pertemuan tersebut di bukit Aqabah dengan Nabi Muhammad SAW.

Setelah mereka menghadiri pertemuan tersebut, menurut buku dari Kemenag yang berjudul, Sejarah Kebudayaan Islam, hasil dari pertemuan tersebut terdapat 6 poin,

*Pertama*, menyatakan tidak akan menyekutukan Allah SWT.

*Kedua*, menyatakan setia kepada Nabi Muhammad SAW.

*Ketiga*, menyatakan rela berkorban harta dan jiwa.

*Keempat*, bersedia menyebarkan ajaran Islam yang dianutnya.

*Kelima*, menyatakan untuk tidak membunuh.

*Keenam*, menyatakan untuk tidak akan melakukan kecurangan dan kedustaan.

Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk berhijrah ke Madinah merupakan perintah dari Allah SWT. Sebagaimana yang tertulis pada surat Al Baqarah ayat 218, Allah SWT berfirman,

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Arab Latin : Innal-lażīna āmanū wal-lażīna hājarū wa jāhadū fī sabīlillāh(i), ulā'ika yarjūna raḥmatallāh(i), wallāhu gafūrur raḥīm(un).

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement