Ahad 19 Jun 2016 07:00 WIB

Pendekar Betawi Bantu Pangeran Diponegoro Lawan Belanda

Red: Karta Raharja Ucu
Pendekar Betawi, Ilustrasi
Foto:

Perlawanan terhadap penjajah kemudian dilanjutkan si Pitung dari 1886 sampai 1894. Ridwan berpendapat, dalam melaksanakan aksinya terhadap orang-orang kaya, Pitung tidak peduli apakah yang dirampoknya itu Belanda, Cina, atau Melayu. Yang dia pertanyakan adalah dari mana orang itu memperoleh kekayaan kalau bukan dari hasil kerja sama dengan Belanda.

Si Pitung sendiri ketika dieksekusi Belanda pada 1894 hanya meninggalkan uang 15 ringgit. Padahal, perampok yang ditakuti kompeni ini tidak beristri, tidak suka main perempuan, tidak ngetop (berjudi), meski bukan orang alim.

Menurut penelitian, tidak ada catatan ia menyumbang masjid. Namun, ia pernah mendapat perlindungan dari para ulama di Masjid Al-Athik, depan Majelis Taklim Attahiriyah sekarang ini.

Berdasarkan penelitian, tidak mustahil si Pitung yang hingga kini mendapat tempat di hati orang Betawi banyak membantu pergerakan-pergerakan kemerdekaan. Tradisi ini kemudian berlanjut pada masa Haji Entong Gendut, ketika pada 1916 ia memimpin pemberontakan terhadap kompeni di Tanjung Timur, ujung Jalan Condet Raya, Jakarta Timur.

Sampai kini tempat pemberontakan itu masih berdiri, berupa rumah besar milik tuan tanah Belanda yang memeras para petani waktu itu.

Pada revolusi fisik (1945-1950), para jago Betawi merupakan pahlawan yang berjuang di garis depan melawan Belanda. Seperti Sabeni dan Derahman Jeni, dua jago Tanah Abang, yang berhasil mengobarkan semangat perlawanan rakyat melawan penjajah.

Kita patut menaruh hormat kepada kedua orang ini, yang pada masa hidupnya sangat disegani. Yang membuat kawasan Tanah Abang tidak berani diganggu oleh para preman.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement