Kamis 14 Jul 2016 07:00 WIB

Pencak Silat 'Senjata Rahasia' Melawan Penjajah

Red: Karta Raharja Ucu
Pendekar Betawi, Ilustrasi
Foto:

Di Kwitang sendiri, tempat kelahirannya, dia sepekan dua kali (Ahad malam dan Rabu malam) bertempat di Majelis Taklim Habib Ali Kwitang, melatih para pemuda maen pukulan. Termasuk beberapa orang asing.

H Zakaria, pakar pencak silat di Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dalam hidupnya yang cukup panjang punya pengalaman yang tak terlupakan. Peristiwanya terjadi pada 1960-an. Ketika itu, pasukan pengawal Presiden Sukarno, Tjakrabirawa, mendatangkan suhu (guru besar) karate dari Jepang, yakni Prof Nakagama yang telah meraih Dan-7. Ia datang disertai mahaguru karate dari AS, Donn F Dragen.

Saat itu, Zakaria, pemuda Betawi dari Mustika Kwitang, diminta untuk memperlihatkan teknik bermain silat kepada kedua mahaguru karate itu. Zakaria, yang kala itu masih muda, dengan lihainya memperagakan jurus-jurus bermain senjata dan memecahkan batu dengan menggunakan pergelangan tangan. Jago silat dari Kwitang ini juga menunjukkan kemahirannya memainkan pisau dengan kecepatan tinggi.

Atraksi itu mengundang kekaguman master karate dari Jepang tersebut. Ia mengatakan pada Bung Karno, "Mengapa Anda memiliki pemain sebagus ini kok pemuda-pemudinya kurang menyukai. Justru lebih suka bela diri dari Jepang."

Ketika menuturkan kisah ini, Zakaria mengatakan masih banyak orang Indonesia yang menganggap rendah pencak silat dan dianggap mainan kampung. Padahal, di Eropa dan Asia, kini banyak yang mempelajarinya.

Pada zaman Belanda, katanya, pemerintah kolonial tak mengizinkan pencak silat. Karenanya, pada masa itu warga belajar silat secara ngumpet-ngumpet, mulai pukul 02.00 dini hari sampai pagi. Alasan Belanda kala itu, karena para pemberontak adalah ahli-ahli silat, seperti si Pitung, si Jampang, H Murtado.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِّنْكُمْ يَقُصُّوْنَ عَلَيْكُمْ اٰيٰتِيْ وَيُنْذِرُوْنَكُمْ لِقَاۤءَ يَوْمِكُمْ هٰذَاۗ قَالُوْا شَهِدْنَا عَلٰٓى اَنْفُسِنَا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا كٰفِرِيْنَ
Wahai golongan jin dan manusia! Bukankah sudah datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, mereka menyampaikan ayat-ayat-Ku kepadamu dan memperingatkanmu tentang pertemuan pada hari ini? Mereka menjawab, “(Ya), kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.” Tetapi mereka tertipu oleh kehidupan dunia dan mereka telah menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang kafir.

(QS. Al-An'am ayat 130)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement