REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto berharap negara-negara di dunia bisa terus menggunakan pengaruhnya untuk menekan Israel menerapkan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Prabowo, yang baru saja kembali ke Tanah Air setelah menghadiri KTT Tanggap Darurat Gaza di Yordania, melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis.
“Akan dilakukan suatu pengaruh yang terus menerus sehingga opini dunia yang nanti diwakili oleh pemerintah negara-negara di dunia, kita berharap meyakinkan terutama pihak Israel untuk menghentikan serangan-serangan mereka,” ujar Prabowo.
Sebagaimana diketahui, ujar Prabowo, dalam beberapa minggu terakhir sejumlah negara Eropa mengubah kebijakan mereka dengan mengakui negara Palestina.
Langkah tersebut disusul dengan resolusi Dewan Keamanan PBB yang mendukung proposal gencatan senjata di Jalur Gaza, yang diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden.
Resolusi tersebut diadopsi DK PBB dengan 14 suara mendukung, dan hanya Rusia yang menyatakan abstain. “Jadi tidak ada veto (atas resolusi tersebut). Ini suatu langkah yang langka. Jadi kita liat ada suatu hasil,” kata Prabowo.
“Kalau Israel tidak mau memberlakukan gencatan senjata, mungkin Israel akan sangat terkucil di dunia,” tutur dia, menambahkan.
Pada saat yang sama, Prabowo melanjutkan, Indonesia juga menyerukan gerakan perjuangan Palestina Hamas untuk segera menerima proposal gencatan senjata demi rakyatnya sendiri.
Proposal gencatan senjata yang diumumkan Biden pada 31 Mei lalu terdiri dari tiga tahap.
Tahap pertama mencakup gencatan senjata total, penarikan pasukan Israel dari seluruh pusat populasi Gaza, dan pembebasan sebagian sandera yang ditahan oleh Hamas, termasuk yang terluka, orang lanjut usia, dan wanita, serta pembebasan warga Palestina yang ditahan di penjara.
Kemudian, tahap kedua melibatkan penghentian permusuhan tanpa batas waktu dengan imbalan pembebasan sandera yang tersisa.
Selanjutnya, tahap ketiga dari inisiatif ini adalah memulai rekonstruksi Gaza yang telah lama dilanda perang.