REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) menyatakan bakal terus mengembangkan ekosistem hidrogen. Pengembangan hidrogen dinilai sejalan dalam mendukung upaya transisi energi di Indonesia.
"Hidrogen merupakan salah satu pilar kunci dalam mencapai net zero emission (NZE) pada 2060. PLN memandang hidrogen sebagai energi masa depan dalam mendukung upaya mereduksi emisi," kata Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (20/6/2024).
Direktur Manajemen Pembangkitan PLN Adi Lumakso menjelaskan bahwa PLN telah membangun ekosistem green hydrogen secara end to end. PLN telah memiliki 22 green hydrogen plant (GHP) dengan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga panas bumi, pembangkit listrik tenaga surya, dan renewable energy certificate.
"Kami melihat peluang di dalam operasional perusahaan. Kami manfaatkan existing facility yang ada di pembangkit kami kemudian kami lakukan inovasi dengan memanfaatkan 100 persen EBT (energi baru terbarukan) agar bisa memproduksi green hydrogen,” ucap Adi.
Dari total 22 GHP tersebut, PLN mampu memproduksi 203 ton/tahun green hydrogen, di mana 75 ton hidrogen digunakan untuk kebutuhan operasional pembangkit. Sementara, 128 ton bisa digunakan untuk mendukung kebutuhan lain, termasuk kendaraan hidrogen.
Tak hanya GHP, PLN juga telah memiliki hydrogen refueling station (HRS) atau stasiun pengisian kendaraan hidrogen yang berlokasi di kawasan Senayan, Jakarta. HRS yang diresmikan pada Februari 2024 lalu menjadi HRS pertama di Indonesia.
PLN, kata Adi, juga terus membuka kolaborasi dengan berbagai pihak untuk melakukan pengembangan green hydrogen di Indonesia. "Dengan berbagai potensi yang ada, kami yakin Indonesia dapat menjadi pemimpin dalam penerapan teknologi energi baru yang berkelanjutan," ujarnya.
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Jodi Mahardi meyakini pengembangan hidrogen di Indonesia bakal memberikan keuntungan substansial bagi perekonomian.
"Indonesia dalam posisi yang sangat baik dalam memenuhi permintaan pasar ekspor untuk hidrogen rendah karbon di masa mendatang," kata Jodi dalam Indonesia International Hydrogen Summit di Jakarta, Rabu (19/6).
Jodi menjelaskan dalam mengoptimalkan potensi hidrogen, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menerbitkan national hydrogen strategy yang menjadi peta jalan pengembangan hidrogen dalam era transisi energi. Menurutnya, diperlukan koordinasi dan kolaborasi khususnya di regional Asia Tenggara untuk meningkatkan ekosistem hidrogen. Selain itu, diperlukan pula dukungan kebijakan untuk mendorong peningkatan produksi hidrogen oleh industri.
"Upaya-upaya ini akan memastikan PLN dapat mendorong kepemimpinan Indonesia dalam perekonomian hidrogen," kata Jodi.