REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peningkatan impor Indonesia dari Israel diduga tak lepas dari peran Singapura. Negeri jiran yang berjuluk sebagai The Little Israel ini menjadi negara medioker barang-barang dari segala penjuru dunia untuk kemudian dimasukkan ke Indonesia, termasuk dari Israel, demikian menurut Ekonom Eko Listiyanto. Hal ini lantaran Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
"Kita tidak punya hubungan kerja sama dengan Israel, setahu saya lewat pihak ketiga di Singapura," ujar Eko saat dihubungi Republika di Jakarta, Selasa (2/7/2024).
Hubungan perdagangan Singapura dan Israel sendiri terpantau terus meningkat. Dalam lima tahun terakhir, ekspor Israel ke Singapura naik sekitar 19,4 persen secara tahunan.
Dilansir Jewish News Syndicate, nilai perdagangan Israel dan Singapura memang sedang meningkat, total capai 3,8 miliar dolar AS pada 2022, naik 67 persen dari 2021. Mayoritas adalah untuk produk permesinan penghitung yang capai 51 persen dari porsi, peralatan optis dan medis, dan produk alat transportasi.
Peningkatan tersebut berbanding lurus dengan produk-produk impor asal Israel yang masuk ke Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, nilai total produk Israel yang masuk ke Indonesia pada bulan Mei mencapai 5,9 juta dolar AS atau naik enam kali lipat dibanding April 2024.
Pada saat gerakan boikot merebak akibat kampanye genosida Israel di Palestina, Singapura menjadi negara di Asia Tenggara yang tak terpengaruh dengan isu tersebut. Hal ini tak lepas dari sebuah hubungan yang pernah ditulis oleh seorang penulis Haaretz, Amnon Barzilai, sebagai, “Sebuah hubungan cinta yang dirahasiakan secara mendalam dan kelam.”
Shlomo Maital, lewat sebuah artikel berjudul 'Israel-Singapore, A Deep Dark Secret Love Affair' yang diterbitkan The Jerusalem Post pada 2023 lalu menulis, hubungan antara Israel dan Singapura dimulai pada 1965. Saat itu, Israel masih merupakan sebuah negara yang masih dalam masa pertumbuhan, baru berusia 17 tahun.
Tingkat ekonominya pun masih miskin dengan Product Domestik Bruto per kapita hanya 1.429 dolar AS atau seperempat PDB saat ini. Saat itu, Israel hanya memiliki penduduk sebanyak 600 ribu orang Yahudi yang selamat pada tahun 1948 dari serangan tentara Arab. Mereka baru kehilangan 6.000 orang di medan perang. Dalam tiga setengah tahun pertama, Israel menyerap lebih banyak imigran daripada populasi pada tahun 1948.
Meski demikian, Israel bersedia membantu negara muda lain yang sedang berjuang, Singapura, yang lahir pada 9 Agustus 1965. Negara kota kecil dengan luas hanya 670 km persegi ini dulunya merupakan bagian dari Malaysia. Singapura diduduki oleh Jepang (1942-45), kemudian oleh Inggris. Negara tersebut lantas digabungkan dengan Federasi Malaysia pada tahun 1963. Hanya saja, penggabungan ini tidak berjalan mulus.
Pada tahun 1965, Inggris memutuskan untuk menarik diri dari semua koloninya di sebelah timur Terusan Suez. Di bawah kepemimpinan Lee Kwan Yew, Singapura memilih untuk mendeklarasikan kemerdekaannya - menggemakan keputusan berisiko serupa yang diambil oleh Perdana Menteri Israel David Ben-Gurion pada Mei 1948. Seperti Israel, hanya sedikit yang mengira Singapura akan bertahan.
Sejarah Israel dan Singapura...