Senin 15 Jul 2024 21:12 WIB

Sholat Jenazah di Kuburan Ustadz Yazid, Bagaimana Hukumnya? Ini Menurut NU & Muhammadiyah

Pelayat menyolati jenazah Ustadz Yazid di kuburan.

Para pelayat sholat jenazah di depan makam ustaz Yazid bin Abdul Qadir Jawas di Makam Los Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jumat (12/7/2024).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Para pelayat sholat jenazah di depan makam ustaz Yazid bin Abdul Qadir Jawas di Makam Los Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jumat (12/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Timeline media sosial dipenuhi dengan berita wafatnya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas dalam beberapa hari terakhir. Namun ada satu pemandangan yang menjadi pro dan kontra yaitu pelayat Ustazd Yazid sholat jenazah di kuburan karena tidak mendapatkan kesempatan menyolatkan almarhum.

Aktivitas tersebut disebut sebagai ghuluw atau berlebihan dan dianggap menyalahi sunnah yaitu menyembah kuburan karena dalam Manhaj Salafi dilarang menyembah kuburan. Lantas apakah hukumnya sholat jenazah di kuburan?

Baca Juga

BACA JUGA: Gus Nadir Ungkap Jaringan yang Atur Pertemuan Cendikiawan Nahdliyin dan Presiden Israel

Menukil dari NU Online, sholat jenazah di kuburan hukumnya diperbolehkan, baik mayat dimakamkan sebelum dishalati atau sesudahnya. Dasar dari dibolehkannya sholat jenazah di kuburan adalah hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim yang menyebut Rasulullah shalallahu alahi wassalam menshalati jenazah di atas kubur perempuan atau laki-laki yang rajin membersihkan masjid.

Hadist itu diperkuat dengan An-Nasa’i dengan sanad yang shahih, bahwa Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam menshalati jenazah Ummu Mahjan di kuburannya, yang telah dikebumikan di malam hari.

Namun hukum boleh sholat jenazah di kuburan tidak berlaku untuk jenazah para nabi setelah kewafatan mereka. Setidaknya ada dua alasan mengapa menyolati jenazah nabi di kuburan tidak sah.

Selanjutnya...

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement