REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam rezim Israel pada Ahad (28/7/2024) dengan kemungkinan Turki akan mengirimkan pasukan ke Palestina yang diduduki untuk mendukung perjuangan mereka.
“Kita harus menjadi sangat kuat sehingga Israel tidak dapat melakukan hal-hal ini terhadap Palestina,” katanya, mengacu pada genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza.
“Sama seperti kita memasuki [Nagorno] Karabakh, sama seperti kita memasuki Libya, kita dapat melakukan hal yang sama kepada mereka. Tidak ada yang tidak bisa kita lakukan. Kita hanya harus menjadi kuat,"ujar Erdogan dilansir laman Al-Mayadeen, Ahad (28/7/2024) waktu setempat.
Setelah pernyataan Erdogan, para pejabat tinggi Israel 'kebakaran jenggot'. Mereka mengancam Presiden Turki bahwa ia akan menghadapi nasib yang sama seperti mantan Presiden Irak Saddam Hussein.
Pada tahun 2003, Amerika Serikat dan sekutunya menginvasi Irak secara ilegal dengan dalih Saddam Hussein memiliki senjata nuklir, yang kemudian terbukti salah. Setelah bersembunyi selama tiga tahun, Saddam berhasil ditangkap dan dibunuh pada tahun 2006. Sejak invasi tersebut, diperkirakan lebih dari satu juta warga Irak telah terbunuh oleh koalisi pimpinan AS.
Militer AS tetap berada di Irak di bawah perjanjian dengan pemerintah, namun banyak partai politik dan warga negara yang menganggap mereka sebagai pasukan pendudukan karena campur tangan mereka yang terus menerus dalam urusan dalam negeri negara tersebut dan kontrol atas banyak sumber daya, terutama energi.
Berbicara kepada presiden Turki dalam sebuah posting di X (Twitter), Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengatakan bahwa “Erdogan sedang menempuh jalan yang ditempuh oleh Saddam Hussein dan mengancam untuk menyerang Israel. Dia seharusnya mengingat apa yang terjadi di sana dan bagaimana hal itu berakhir.”
Menteri luar negeri tersebut bahkan melampirkan foto Erdgaon dan di sebelahnya terdapat foto Saddam Hussein saat dibunuh oleh pasukan AS. Sementara itu, pemimpin oposisi Yair Lapid meminta anggota NATO untuk “memaksa” Erdogan untuk mengakhiri dukungannya terhadap kelompok perlawanan Palestina Hamas.
“Presiden Erdogan mengomel dan mengoceh lagi. Dia adalah bahaya bagi Timur Tengah. Dunia, dan terutama anggota NATO, harus mengutuk keras ancamannya yang keterlaluan terhadap Israel dan memaksanya untuk mengakhiri dukungannya kepada Hamas,” kata Lapid pada X.