Rabu 07 Aug 2024 13:07 WIB

FAO dan Indonesia Bahas Pemanfaatan Keanekaragaman Tanaman

Proyek GEF-7 fokus mengembangkan lima komoditas.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Petugas merawat tanaman cabai rawit di kebun biotech Green House di Pasar Mayestik, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (31/7/2024).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas merawat tanaman cabai rawit di kebun biotech Green House di Pasar Mayestik, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (31/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan lembaga-lembaga pertanian Indonesia menggelar lokakarya untuk menandai proyek GEF-7: Konservasi Keanekaragaman Tanaman untuk Pemanfaatan Berkelanjutan di Indonesia (CDCSUI) atau Crop-Bio. Lokakarya ini didukung Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BBPSI Biogen) bersama dengan dan Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kementerian Pertanian.

Lokakarya yang berlangsung di Bogor pada 6-7 Agustus 2024 ini bertujuan menjelaskan proyek Crop-bio secara komprehensif ke berbagai pemangku kepentingan guna membahas rencana kerja dan strategi pelaksanaan proyek yang akan memperkuat konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman tanaman di Indonesia secara berkelanjutan.

Dalam pernyataan FAO, proyek Crop-Bio yang mendapat dukungan pendanaan multilateral dari Global Environment Facility (GEF-7) dan akan dilaksanakan di tiga provinsi yaitu Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, dan Maluku Utara dengan total delapan kabupaten.

Proyek ini akan fokus pada lima komoditas utama, yaitu padi, ubi, talas, pala, dan cengkeh, dengan tujuan untuk melindungi dan memanfaatkan keanekaragaman genetik tanaman di Indonesia, baik di alam liar maupun di lahan Pertanian (ras lokal). Dengan pendekatan ini, proyek ini pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan lingkungan maupun petani melalui berbagai penguatan kebijakan pendukung dan praktek-praktek terbaik yang telah dilakukan oleh petani maupun masyarakat adat di Indonesia.