REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok perlawanan Palestina Hamas menunjuk Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik baru pada Selasa (6/8).
Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh, yang dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, setelah menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran pada 31 Juli, kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan di saluran Telegram.
Hamas dan Iran segera menuduh Israel membunuh Haniyeh, tetapi Tel Aviv hingga kini belum mengonfirmasi atau menyangkal tanggung jawabnya. Namun, laporan Washington Post (WP) pada Rabu (7/8) mengungkapkan bahwa Israel telah mengabari pemerintah Amerika Serikat (AS) bahwa rezim Zionis itu berada di balik pembunuhan Ismail Haniyeh pada 31 Juli di ibu kota Iran, Teheran.
Surat kabar tersebut menambahkan pejabat Gedung Putih menanggapi pemberitahuan tersebut dengan terkejut dan marah atas terjadinya pembunuhan Haniyeh. AS menilai kejadian tersebut sebagai kemunduran bagi upaya mereka selama berbulan-bulan untuk mengamankan gencatan senjata di Gaza.
Sementara itu, pemilihan Sinwar (61), mencerminkan sejarahnya dengan Hamas. Ia telah menjabat sebagai pejabat tertinggi kelompok perlawanan di Gaza selama dua periode berturut-turut, yang pertama dimulai pada 2017 dan yang kedua pada empat tahun setelahnya.
Mengomentari signifikansi pemilihan Sinwar sebagai kepala biro politik Hamas, penulis dan analis politik Palestina Ibrahim Al-Madhoun mengatakan kepada Anadolu “tidak diragukan lagi bahwa memilih Sinwar untuk posisi ini adalah tantangan bagi pendudukan Israel dan menunjukkan bahwa dia tetap efektif, kuat, dan mengendalikan lapangan” di Gaza, meskipun perang Israel telah berlangsung hampir 10 bulan.
Halaman selanjutnya ➡️