Kamis 22 Aug 2024 16:53 WIB

Syukur atas Karunia Allah: Akikah

Akikah, Syukur atas Karunia Allah.

Red: Muhammad Hafil
Akikah (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Akikah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH --Seluruh ibadah yang disyariatkan Allah memiliki tujuan dan manfaat yang besar untuk umat Islam. Shalat, misalnya, bertujuan mencegah perbuatan keji dan mungkar (QS Al-Ankabut [29]: 45). Puasa bertujuan membentuk pribadi Muslim yang bertakwa (QS Al-Baqarah [2]: 183). Zakat bertujuan untuk membersihkan diri dan harta benda (QS At-Taubah [9]: 103).

Demikian pula dengan haji dan ibadah lainnya, seperti kurban, akikah, atau wudhu. Semuanya memiliki tujuan dan manfaat bagi manusia. Bahkan, dalam penciptaan langit dan bumi, terdapat hikmah bagi orang-orang yang berakal (QS Ali Imran [3]: 190-191).

Baca Juga

Umat Islam disyariatkan untuk melaksanakan akikah pada bayi yang baru dilahirkan, yakni dengan menyembelih dua ekor kambing (domba) untuk seorang anak laki-laki dan seekor kambing untuk seorang anak perempuan.

Syariat akikah pertama kali dilakukan pada masa Nabi Ibrahim AS saat akan menyembelih putranya, Ismail. Kemudian, pada masa jahiliyah, tradisi akikah atau memotong hewan untuk anak yang baru dilahirkan juga pernah terjadi. Selanjutnya, sejak kedatangan Islam, seluruh syariat akikah yang bertentangan dengan Alquran diperbaiki.

Dahulu, pada masa jahiliyah, apabila salah seorang di antara kami mempunyai anak, ia menyembelih kambing dan melumuri kepalanya dengan darah kambing itu. Maka, setelah Allah mendatangkan Islam, kami menyembelih kambing, mencukur (menggundul) kepala si bayi, dan melumurinya dengan minyak wangi.” (HR Abu Dawud dari Buraidah).

Demikian juga diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban. Dari Aisyah RA, ia berkata, Dahulu, pada masa jahiliyah, apabila mereka berakikah untuk seorang bayi, mereka melumuri kapas dengan darah akikah. Lalu, ketika mencukur rambut si bayi, mereka melumurkannya pada kepalanya.” Maka, Nabi SAW bersabda, Gantilah darah itu dengan minyak wangi.”

Akikah sangat baik dilaksanakan pada hari ketujuh kelahiran bayi, hari ke-14, atau hari ke-21. Namun, jika tidak mampu, bisa dilakukan kapan saja sampai semuanya siap.

Selain menyembelih hewan, dalam tradisi akikah ini disunahkan pula untuk mencukur rambut bayi dan memberinya dengan nama yang baik. Setiap anak yang baru lahir tergadai dengan akikahnya sampai disembelih hewan untuknya pada hari ketujuh, lalu dicukur dan diberi nama.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).

Akikah ini adalah bentuk syukur kepada Allah atas anugerah lahirnya seorang anak manusia ke dunia. Syekh Nashih Ulwan dalam kitabnya Tarbiyatul Awlad fil Islam menjelaskan, ada tujuh manfaat dari akikah.

Pertama, menghidupkan sunah Nabi Muhammad SAW dalam meneladani Nabi Ibrahim AS tatkala Allah SWT menebus putra Ibrahim yang tercinta, Ismail AS. Kedua, akikah mengandung unsur perlindungan dari setan yang dapat mengganggu anak yang terlahir itu. Ketiga, akikah sebagai tebusan bagi anak untuk memberikan syafaat kepada kedua orang tuanya kelak pada hari akhir.

Keempat, akikah merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang dianugerahkan Allah SWT dengan lahirnya sang anak.

Kelima, akikah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan syariat Islam dan bertambahnya keturunan Mukmin yang akan memperbanyak umat Rasulullah SAW pada hari kiamat.

Keenam, akikah dapat memperkuat ukhuwah (persaudaraan) di antara masyarakat. Ketujuh, akikah merupakan sarana untuk merealisasikan prinsip-prinsip keadilan sosial dan menghapuskan gejala kemiskinan di dalam masyarakat. Misalnya, daging yang dikirim kepada fakir miskin.

Dari tokoh ramai dibicarakan ini, siapa kamu jagokan sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement