REPUBLIKA.CO.ID, Demonstrasi besar terjadi di berbagai wilayah Indonesia pada Kamis (22/8/2024). Unjuk rasa yang dipusatkan di gedung DPR RI, Jakarta, ini, menolak disahkannya Rancangan Undang-Undang Pilkada 2024 yang menganulir putusan Mahkamah Konstitusi No 60/PUU-XXII/2024 dan No 70 /PUU-XXII/2024.
Isu pemilihan kepala daerah seperti gubernur, bupati dan walikota memang selalu menjadi perhatian di Indonesia. Sebab jabatan dan kursi kekuasaan gubernur, bupati dan wali kota sudah biasa diperebutkan di negeri ini.
Bicara mengenai jabatan kepala daerah yang kerap diperebutkan di Indonesia, teringat kisah gubernur Muslim yang memilih jalan hidup sederhana bahkan miskin meski dengan kekuasaannya bisa memiliki banyak harta. Sebab, kepentingan rakyatnya adalah segalanya bagi gubernur yang masuk golongan para sahabat ini.
Gubernur ini sangat takut terhadap Allah SWT yang akan meminta pertanggungjawaban di akhirat kelak kepadanya. Karena itu, ia tidak mau jatuh cinta terhadap dunia, tidak mau tenggelam dalam asiknya kemewahan, dan tidak mau memanfaatkan kursi kekuasaan untuk kepentingan dirinya dan keluarganya.
Gubernur yang miskin ini bernama Abu Ubaidah Amir bin Abdullah bin al-Jarrah Radhiyallahu anhu. Dia adalah sahabat Nabi Muhammad SAW. Abu Ubaidah adalah Muhajirin dari kaum Quraisy Makkah yang termasuk paling awal memeluk agama Islam.
Abu Ubaidah adalah seorang sahabat yang terpercaya dan dicintai Nabi Muhammad SAW. Abu Ubaidah mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam, dia juga menjadi panglima perang yang sangat memperhatikan keselamatan tentaranya.
Dikisahkan Hisyam bin ‘Urwah saat Abu Ubaidah menjabat sebagai Gubernur Syam. Suatu ketika Umar bin Khattab yang menjadi Khalifah mendatangi negeri Syam. Kedatangannya tersebut disambut oleh para pemimpin dan pejabat negara.
Khalifah Umar bertanya, "Di manakah saudaraku?" Mereka menjawab, "Siapakah dia?"
Umar menjawab lagi, "Abu Ubaidah." Lalu mereka menjawab, "Dia akan datang kepadamu sekarang."