Rabu 28 Aug 2024 23:04 WIB

Kuartal III, PNBP Ekspor Sawit Capai Rp 15,88 Triliun

BPDPKS terus berupaya menjalankan berbagai strategi demi mendorong sektor sawit.

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mencatat hingga Juli 2024, PNBP dari sawit mencapai Rp 15,88 triliun.
Foto: Gita Amanda/Republika
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mencatat hingga Juli 2024, PNBP dari sawit mencapai Rp 15,88 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, BELITUNG TIMUR -- Di tengah penurunan produktivitas, industri sawit justru mencatatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang positif. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mencatat hingga Juli 2024, PNBP dari sawit mencapai Rp 15,88 triliun.

Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana, yang juga Plt Direktur Kemitraan BPDPKS, Kabul Wijayanto, mengatakan sampai Juli 2024 pendapatan PNBP secara nasional mencapai Rp 338 triliun, dengan angka pencapaian 15,88 triliun artinya sawit telah menyumbang PNBP hingga 4,6 persen. Sementara untuk Badan Layanan Umum (BLU) sebesar 50,7 triliun.

Baca Juga

“Capaian PNBP Sawit sampai dengan Juli 2024 sebesar Rp 15,88 triliun. Secara capaian BLU ini menyumbang 31,3 persen, sementara PNBP secara nasional 4,6 persen,” ujar Kabul, dalam acara Press Tour Belitung 2024, Kontribusi Sawit untuk APBN dan Perekonomian, yang digelar Kementerian Keuangan di Belitung Timur, Selasa (27/8/2024) malam.

Namun terkait perkebunan, sektor sawit justru mengalami penurunan produktivitas. Pada 2019, secara nasional produktivitas sawit mencapai 3,86 juta ton. “Di 2023 turun jadi 2,86 juta ton, khusus petani swadaya bahkan lebih turun lagi jadi 2,5 juta ton. Ini jad PR pertama, terkait produktivitas, jadi concern sektor sawit,” katanya.

Padahal kata Kabul, kontribusi sawit pada perekonomian tak hanya PNBP tapi juga pada penyerapan tenaga kerja. Ada 16,2 juta tenaga kerja yang terserap di industri sawit.

Untuk itu, BPDPKS terus berupaya menjalankan berbagai strategi demi mendorong sektor sawit. Mulai dari program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) hingga memberikan dukungan sarana dan prasarana.

Program-program ini diharapkan apabila tercapai akan berimbas pada produktivitas. Sebab menurut Kabul di 2050 demand produk kelapa sawit dan turunnya sekitar 307,8 juta ton. “Apa indonesia bisa memenuhi bagian kontribusi untuk ke sana?” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement