Kamis 29 Aug 2024 16:15 WIB

Ribuan Driver Ojol Demonstrasi, Tuntut Persoalan Potongan Tarif dan Insentif

Yanti mengaku dirinya tidak mendapatkan untung.

Rep: Eva Rianti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Demonstrasi driver ojek online (ojol) di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Kamis (29/8/2024).
Foto: Republika/Eva Rianti
Demonstrasi driver ojek online (ojol) di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Kamis (29/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ribuan driver ojek online (ojol) melakukan aksi demonstrasi menuntut perhatian pemerintah dan pihak aplikasi di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Kamis (29/8/2024). Pantauan Republika, para pendemo berkumpul di titik demonstrasi Patung Kuda sejak sekira pukul 12.00 WIB. Mulanya mereka berkumpul di berbagai titik di kota administrasi, baik dari Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, dan Jakarta Timur, juga berbagai kota penyangga lainnya seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek), kemudian bergerak menuju titik demonstrasi yang berpusat di kawasan Monas.

Baca Juga

Para pendemo meliputi berbagai komunitas dari aplikasi transportasi online ataupun e-commerce yang ada di Indonesia. Mereka tampak menggunakan atribut dari masing-masing komunitasnya yang notabene berwarna hijau hingga oranye. Salah satu pendemo, Yanti (28 tahun) mengatakan diantara tuntutan yang disuarakan pihaknya adalah mengenai penentuan tarif atau argo. Menurut penuturannya, tarif atau argo sama sekali sudah tidak berpihak pada posisi driver.

Dia menceritakan pengalamannya saat membawa penumpang dari Kelapa Gading ke Pejuang Bekasi pada jam sibuk dan kondisi macet. Semestinya, tarif yang ditetapkan sekitar Rp 40 ribu, namun karena adanya potongan yang besar jadinya hanya Rp 28 ribu.

"Argo seharusnya lebih tinggi, ini enggak. Aturan di atas Rp 40 ribu, ini Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu. Tak sesuai itu. Potongannya terlalu besar bagi kita, 20-30 persen," kata Yanti kepada wartawan di titik demonstrasi, Kamis (29/8/2024).

Dengan adanya pemotongan sebesar itu, Yanti mengaku dirinya tidak mendapatkan untung dari aktivitas driving-nya. Sebab dia juga harus mengisi bensin untuk kelancaran mobilitas.

"Tidak ada untung sama sekali, habis di bensin karena di perjalanan dari Gading ke Bekasi macet total. Sudah lama seperti ini. Potongan terlalu besar," jelasnya.

Senada, Diana (32 tahun) mengeluhkan tentang potongan insentif atau bonus bagi driver. Diana yang sudah bekerja sebagai driver selama delapan tahun itu bercerita, insentif yang diperoleh driver mulanya memang manusiawi, tapi lama-kelamaan tidak lagi manusiawi.

"Jauh banget, dulu kita masih dapat bonus, makin ke sini mulai 2018 makin hancur. Insentif hilang, pokoknya makin ke sini makin parah. Argo lebih turun lagi," kata Diana.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement