REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT — Sniper Israel yang menembak dan membunuh warga negara Turki-Amerika, Aysenur Ezgi Eygi, di Tepi Barat pada Jumat lalu berteriak kegirangan usai membunuh aktivis perempuan tersebut, demikian dilaporkan saksi mata Palestina, Mounir Khdair, kepada Anadolu. “Setelah menembaknya, dia senang, dia berteriak kegirangan.”
Jonathan Pollak, seorang aktivis Israel yang telah ikut serta dalam protes menentang perluasan pemukiman Israel di wilayah tersebut selama bertahun-tahun, menyatakan bahwa tentara Israel yang bertanggung jawab atas pembunuhan Eygi. Tentara itu melakukan tembakan yang mematikan. Menurut dia, peluru yang sama yang menewaskan aktivis Turki tersebut juga menewaskan orang-orang di kamp pengungsian Nur Syam dan Jenin.
Pollak menyatakan, seorang gadis berusia 13 tahun terbunuh hanya beberapa kilometer jauhnya dari peristiwa tersebut. Dia menekankan bahwa senjata-senjata itu “didanai Amerika” untuk melanjutkan genosida di Gaza yang kebal akan hukum.
Pollak juga memalsukan klaim Israel bahwa mereka merasa terancam oleh para aktivis yang melemparkan batu, dan menegaskan bahwa keadaan sangat tenang saat aktivis tersebut terbunuh. Klaim tersebut senada dengan pernyataan saksi-saksi lain yang melaporkan bahwa Eygi terbunuh pada saat yang damai, tanpa ada bentrokan atau konfrontasi dengan kekerasan.
Aysenur Ezgi Eygi, 26 tahun, seorang aktivis hak asasi manusia keturunan Amerika-Turki, tiba di Tepi Barat pada Selasa untuk menjadi sukarelawan dengan Gerakan Solidaritas Internasional (ISM) sebagai bagian dari kampanye untuk melindungi para petani Palestina dari pemukim Israel dan kekerasan yang dilakukan oleh IDF.
Kematian Eygi telah memicu kemarahan dan menuai kecaman internasional. Protes di Beita merupakan bagian dari demonstrasi yang sedang berlangsung untuk menentang perluasan pemukiman Israel dan perampasan tanah di daerah tersebut.
Selamat tinggal Eygi