Selasa 24 Sep 2024 07:05 WIB

Ada 10 Ribu Pasukan PBB di Lebanon Saat Israel Menyerang, Apa yang Bisa Mereka Lakukan?

UNIFIL telah berkomunikasi dengan Lebanon dan Israel.

Red: A.Syalaby Ichsan
Pasukan penjaga perdamaian PBB Indonesia melemparkan senapan mereka ke udara selama upacara untuk menandai pengalihan wewenang antara yang keluar dan kepala misi yang baru diangkat di markas UNIFIL di kota selatan Lebanon Naqoura, Lebanon, Senin, 28 Februari 2022 .
Foto: AP/Mohammed Zaatari
Pasukan penjaga perdamaian PBB Indonesia melemparkan senapan mereka ke udara selama upacara untuk menandai pengalihan wewenang antara yang keluar dan kepala misi yang baru diangkat di markas UNIFIL di kota selatan Lebanon Naqoura, Lebanon, Senin, 28 Februari 2022 .

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Di tengah aksi saling serang antara kelompok perlawanan Hizbullah versus pasukan militer Israel, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memiliki lebih dari 10 ribu pasukan yang berasal dari 50 negara. Mereka adalah United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) yang bertugas di Lebanon selatan. 

Keberadaan pasukan PBB ini diinisiasi oleh dewan keamanan pada 1978 dengan Resolusi 425 dan 426 setelah Israel menginvasi Lebanon. Resolusi tersebut menetapkan misi penjaga perdamaian internasional untuk mengonfirmasi penarikan pasukan Israel dari Lebanon, memulihkan perdamaian dan keamanan internasional, dan membantu Pemerintah Lebanon memulihkan otoritas efektifnya di wilayah tersebut.

Baca Juga

Sejauh ini, belum ada tindakan militer yang bisa dilakukan pasukan UNIFIL  tersebut meski serangan Israel beberapa kali telah mengenai markas mereka. Meski demikian, UNIFIL melakukan tindakan diplomasi untuk menurunkan ketegangan antara kedua belah pihak. Lewat akun X, UNIFIL mengonfirmasi jika Letnan Jenderal Aroldo Lázaro, Kepala Misi dan Komandan Pasukan UNIFIL, telah menghubungi kedua belah pihak di Lebanon dan Israel. Lazaro menekankan perlunya segera de-eskalasi. Berbagai upaya terus dilakukan untuk mengurangi ketegangan dan menghentikan penembakan.