REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, bersumpah bahwa Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza akan muncul dengan pemimpin-pemimpin baru dan tidak akan mundur. Hal itu disampaikan Khamenei menyusul gelombang serangan Israel yang menewaskan para tokoh senior kedua kelompok tersebut.
Dalam sebuah khotbah pada shalat Jumat di Teheran di depan puluhan ribu orang - sebuah pidato publik yang jarang terjadi - Khamenei membela serangan rudal balistik ke Israel minggu ini. Serangan itu menurut Iran merupakan pembalasan atas kematian sekretaris jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, dan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh.
Dia mengatakan tindakan brilian angkatan bersenjata Iran beberapa malam yang lalu sepenuhnya legal dan sah sertaj sejalan dengan Alquran, konstitusi Iran dan hukum internasional. "Setiap negara memiliki hak untuk mempertahankan tanah dan kepentingannya dalam menghadapi para agresor," ujarnya.
Iran menembakkan lebih dari 180 rudal ke Israel, yang sebagian besar berhasil dicegat, meskipun ada juga yang mendarat di atau sekitar pangkalan militer. Israel telah mengatakan bahwa mereka akan membalasnya.
Khamenei, mendesak kekuatan dari dari Afghanistan ke Yaman dan dari Iran ke Gaza dan Yaman untuk bersiap-siap mengambil tindakan perlawanan di wilayah ini tidak akan mundur dengan para syuhada. Ia menyerukan agar tali persatuan umat Islam diperketat.
Ini adalah pertama kalinya pemimpin tertinggi berusia 85 tahun itu memimpin shalat Jumat sejak AS membunuh pemimpin Korps Garda Revolusi Islam Qassem Suleimani di Baghdad pada Januari 2020.
Presiden terpilih Iran, Masoud Pezeshkian, menggambarkan doa bersama yang dihadiri oleh para petinggi militer, ulama, dan politisi di barisan terdepan sebagai sebuah pertunjukan persatuan dan kekuatan.
Terlepas dari seruan Khamenei untuk persatuan Muslim, pidato tersebut dianggap analis Barat tidak banyak berusaha untuk membangun persatuan dengan para pemimpin Arab moderat.
Khamenei memuji serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober tahun lalu yang menewaskan 1.200 orang dan memicu perang Gaza sebagai “tindakan yang sah” dan bersikeras bahwa akar dari masalah di wilayah tersebut hanya terletak pada campur tangan asing dan tindakan Israel.
Khamenei mengatakan bahwa kebijakan negara-negara hegemonik dan agresor adalah menabur perselisihan. Tetapi ia mengklaim bahwa negara-negara Muslim telah disadarkan oleh fakta bahwa Palestina, Lebanon, Irak, Mesir, Suriah, dan Yaman menghadapi musuh bersama dengan satu pusat komando.
Ia menyebutkan banyak pemimpin milisi yang telah dibunuh dianggap sebagai pilar revolusi di tingkat nasional atau lokal, dan kehilangan mereka bukanlah hal yang mudah. Namun revolusi tidak berhenti, tidak mundur, tetapi justru semakin cepat.
Khamenei mengatakan satu-satunya pencapaian Israel setelah menghabiskan miliaran dolar di Gaza dan Lebanon adalah penghancuran sekolah-sekolah dan pertanyaan baru tentang kemampuan Israel untuk eksis.