Seperti diriwayatkan oleh al-Mugirah bin Syu’bah yang diutus oleh Rasulullah SAW ke Najran di negeri Yaman di mana terdapat orang-orang Nasrani. Mereka pun bertanya kepadanya,
“Mengapa kamu membaca di dalam Alquran “hai saudara perempuan Harun", padahal Harun dan Musa itu hidupnya lama sekali sebelum lahirnya Isa putra Maryam?”
Al-Mugirah tidak sempat memberikan jawaban dan ketika beliau pulang ke Medinah dan menghadap Rasulullah beliau mengemukakan pertanyaan itu. Lalu, Rasulullah SAW bersabda:
اَلَا أَخْبَرْتَهُمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا يُسَمُّوْنَ بِالْاَنْبِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ قَبْلَهُمْ. (رواه أحمد)
“Mengapa kamu tidak memberitahu mereka, bahwa kebiasaan mereka (Bani Israil) itu suka menyebut-nyebut nama para nabi dan orang-orang saleh sebelum mereka.” (HR Ahmad)
Selanjutnya, sesuai petunjuk Allah, Maryam tidak menjawab tuduhan mereka, tetapi menunjuk kepada bayi Isa yang masih dalam buaian. Isa, dengan izin Allah, berbicara meskipun masih bayi, membela ibunya dan menjelaskan bahwa dia adalah utusan Allah. Seperti diceritakan dalam surat Maryam:
قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗاٰتٰىنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا ۙ
Artinya: "Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia (akan) memberiku Kitab (Injil) dan menjadikan aku seorang nabi." (QS Maryam [19]:30)
BACA JUGA: Terungkap, Keyakinan Agama di Balik Aksi Brutal Israel di Gaza dan Lebanon Bocor di Media
Tindakan Maryam untuk tetap diam dan menyerahkan pembelaannya kepada mukjizat bayi Isa yang berbicara menunjukkan kekuatan imannya. Allah menjaganya dari fitnah dan membuktikan kesucian serta kehormatan Maryam melalui mukjizat ini.