Rabu 16 Oct 2024 08:01 WIB

Cerita Saksi Tentang Kengerian Serangan Israel ke RS Al Aqsa, Pengungsi Hingga Terbakar

Seorang ibu Palestina mengaku melihat pemandangan terburuk.

Warga menyaksikan kebakaran setelah serangan Israel menghantam area tenda di halaman rumah sakit Martir Al Aqsa di Deir al Balah, Jalur Gaza, Senin, 14 Oktober 2024.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Warga menyaksikan kebakaran setelah serangan Israel menghantam area tenda di halaman rumah sakit Martir Al Aqsa di Deir al Balah, Jalur Gaza, Senin, 14 Oktober 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- Para saksi mata serangan udara Israel dan kebakaran yang terjadi di tenda kamp kompleks rumah sakit Gaza berbagi kisah dengan BBC tentang kengerian dan ketidakberdayaan mereka saat melihat orang-orang terluka dan tewas dalam kobaran api.

Seorang ibu menyebut serangan Israel ini sebagai salah satu pemandangan terburuk yang pernah ia saksikan. Sementara seorang gadis yang terluka mengatakan dia mendengar teriakan saat orang-orang merobohkan untuk menyelamatkan korban. Seorang pria terpukul karena tidak dapat melakukan apa pun untuk membantu mereka yang terbakar hingga tewas.

Baca Juga

Serangan itu menghantam kompleks Rumah Sakit al-Aqsa di Deir al-Balah, Gaza tengah, pada dini hari Senin, memicu kebakaran yang membakar tempat penampungan sementara bagi para pengungsi. Setidaknya empat orang tewas dan puluhan lainnya terluka, sebagian besar wanita dan anak-anak. Demikian menurut kementerian kesehatan di Jalur Gaza. 

BBC telah memverifikasi lokasi video yang memperlihatkan seseorang yang tampak terbakar. Rekaman lainnya memperlihatkan orang-orang bergegas memadamkan api di tengah teriakan dan ledakan yang mengirimkan bola-bola api ke langit malam.

 

Hiba Radi, seorang ibu yang tinggal di tenda di belakang rumah sakit, mengatakan kepada seorang pekerja lepas BBC di Gaza bahwa dia terbangun karena suara ledakan dan api yang meletus di sekitar tenda.

"Ada ledakan di mana-mana, dan kami terkejut apakah itu gas atau senjata," katanya.

"Ini adalah salah satu pemandangan terburuk yang pernah kami saksikan dan alami," tambahnya. "Kami belum pernah melihat kehancuran seperti ini sebelumnya. Ini sulit, sangat sulit."

Atia Darwish, seorang fotografer yang merekam beberapa video yang terverifikasi, mengatakan kepada BBC bahwa dia tidak dapat berbuat apa-apa melihat orang-orang terbakar. "Saya sangat terpukul," katanya.

Um Yaser Abdel Hamid Daher, yang juga tinggal di rumah sakit, mengatakan kepada BBC. "Kami telah melihat begitu banyak orang terbakar sehingga kami mulai merasa seperti kami mungkin akan terbakar seperti mereka."

Dalam serangan Israel itu, ia ikut terluka termasuk putranya, dan istri serta anak-anaknya. Cucu perempuannya Lina, 11 tahun, yang mengalami luka pecahan peluru di tangan dan kakinya, mengatakan dia mendengar orang-orang berteriak.

"Putri tetangga kami terluka di kepalanya dan ayahnya terbunuh. Dan tetangga kami yang lain terbunuh. Orang-orang di sebelah kami merobohkan tenda untuk menyelamatkan kami," katanya.

Neneknya mengatakan keluarganya kehilangan tenda dan semua yang mereka miliki, mereka tidak punya apa-apa lagi.

Kementerian kesehatan melaporkan pada Senin bahwa lebih dari 40 orang terluka dan empat orang tewas. MSF pada hari Selasa mengumumkan jumlah korban yang lebih tinggi, dengan mengatakan lima orang telah meninggal, tubuh mereka terbakar saat ditemukan, dan 65 orang terluka.

Empat puluh orang yang terluka - 22 pria, delapan wanita, dan 10 anak-anak - dirawat di al-Aqsa. Yang lainnya dipindahkan ke rumah sakit yang berbeda, dengan delapan orang dirawat di unit luka bakar spesialis.

Ibu Halford mengatakan rekan-rekannya merawat korban luka bakar yang hampir pasti tidak akan selamat. Ia menyebut, "sangat sedikit yang dapat Anda lakukan untuk korban luka bakar seberat itu".

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement