Kamis 17 Oct 2024 05:14 WIB

Iran: Negara Muslim Harus Bersatu Hentikan Rezim Zionis!

Utusan Palestina di PBB mengungkapkan rencana Israel mencaplok Gaza.

Massa aksi mengikuti Aksi Palestina Merdeka di depan gedung Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Jakarta, Ahad (6/10/2024).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Massa aksi mengikuti Aksi Palestina Merdeka di depan gedung Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Jakarta, Ahad (6/10/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Presiden Iran Masoud Pezeshkian mendesak negara-negara Muslim untuk bersatu melawan Israel. Hal in diserukan di tengah kian brutalnya serangan Israel di Jalur Gaza dan Lebanon, serta hambatan yang mereka kenakan pada aliran bantuan kemanusiaan.

“Jika kita, negara-negara Islam, bersatu satu sama lain, rezim Zionis tidak akan berani melakukan kejahatan dengan mudah,” situs web presiden mengutip pernyataannya dalam percakapan telepon dengan penguasa Oman, Sultan Haitham bin Tariq.

Baca Juga

Pezeshkian memuji sikap Oman yang mengecam “kejahatan Israel” di Gaza dan Lebanon dan menuntut lebih banyak tekanan terhadap mereka yang mendukung Israel.

Sementara, Aljazirah melansir bahwa Amir Qatar Syekh Tamim bin Hamad Al Thani menyerukan pembentukan negara Palestina yang “berdaulat dan mandiri”. Berbicara pada pertemuan puncak pertama antara para pemimpin Uni Eropa dan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) di Brussels, Amir Qatar juga menyerukan gencatan senjata segera di Gaza dan Lebanon dan penarikan pasukan Israel dari Tepi Barat yang diduduki.

“Perang destruktif yang dilancarkan Israel saat ini terhadap Palestina dan Lebanon menjadikan kejahatan perang sebagai sesuatu yang lumrah. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa kami terima,” katanya.

“Kami membutuhkan penyelesaian atas konflik-konflik ini. Kita perlu menemukan solusi terhadap permasalahan Palestina berdasarkan legitimasi internasional dan perbatasan tahun 1967. … Gencatan senjata akan menjadi langkah pertama sebelum putaran perundingan serius untuk mencapai solusi pasti bagi perjuangan Palestina.” Ia memperingatkan bahwa perang Israel di Gaza telah merusak vitalitas hukum internasional.

Utusan Palestina di PBB Riyad Mansour menyerukan kepada Dewan Keamanan untuk mengakhiri sikap diam. Riyad Mansour memberikan pidato yang berapi-api di hadapan badan tertinggi PBB itu semalam, dengan mengatakan bahwa semua anggota yang hadir menyaksikan genosida yang dilakukan oleh Israel di Gaza, terlepas dari apakah mereka bersedia mengakuinya atau tidak.

“Apa yang terjadi di Gaza utara saat ini adalah tingkat keburukan yang lain”, kata Mansour, dengan fokus pada serangan Israel yang terus menerus tanpa henti di Jalur Gaza utara.

“Diam dan tidak bertindak bukanlah suatu pilihan. Apakah Anda siap untuk menyatakan bahwa meskipun warga Palestina menolak menyerah bahkan ketika dihadapkan pada hukuman mati kolektif, dewan ini memutuskan untuk menyerah?

“Kami tahu bahwa banyak anggota di meja ini menolak melakukan hal tersebut, dan kami menyerukan kepada mereka hari ini untuk melakukan perlawanan, dengan alat yang disediakan oleh piagam [PBB] dan undang-undang, untuk memerangi mereka yang menghapus piagam dan undang-undang tersebut. Ini adalah tanggung jawab dewan dan setiap negara bagian di seluruh dunia”.

“Pembantaian harus dihentikan; gencatan senjata sekarang!” kata Mansour.

Utusan Palestina untuk PBB juga menyebut serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza utara sebagai “rencana terbaru negara tersebut untuk mencapai apa yang telah menjadi tujuannya selama ini”.

“Kami telah memperingatkan sejak hari-hari awal serangan Israel bahwa tujuannya adalah pemindahan paksa rakyat Palestina dan aneksasi wilayah Palestina. Apa yang kami lihat di Gaza utara adalah hal yang sama,” kata Mansour. “Apa yang disebut ‘Rencana Jenderal’ Israel sedang berjalan,” tambahnya.

photo
Sisa kebakaran setelah serangan Israel menghantam area tenda di halaman rumah sakit Martir Al Aqsa di Deir al-Balah, Jalur Gaza, Senin, 14 Oktober 2024. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

“Rencana Jenderal” adalah sebuah strategi yang diajukan oleh pensiunan Mayor Jenderal Israel Giora Eliand yang bertujuan untuk mengepung beberapa ratus ribu penduduk yang tersisa di Gaza utara untuk mengosongkan dan membersihkan secara etnis bagian wilayah tersebut. Media Israel mengutip tentara yang mengatakan strategi ini adalah kampanye terbaru Israel di Gaza utara.

Sedangkan pejabat senior Hamas Basem Naim menyatakan tidak akan ada perdamaian di kawasan tanpa resolusi Gaza Basem Naim berbicara kepada kantor berita Reuters dalam sebuah wawancara di Istanbul, mengatakan bahwa gencatan senjata permanen di Gaza akan sulit dicapai tanpa penyelesaian masalah Gaza, yang ia sebut sebagai asal mula seluruh konflik Timur Tengah saat ini.

“Pesan terkuat dari (serangan 7 Oktober) adalah bahwa segala upaya untuk mengabaikan Palestina atau mengatasi atau mengabaikan perjuangan Palestina jelas berarti bahwa tidak ada seorangpun yang dapat menikmati stabilitas dan keamanan di kawasan tanpa menyelesaikan konflik yang telah berlangsung lama ini.”

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement