Kamis 17 Oct 2024 07:32 WIB

PM Trudeau Geram, Agen Intelijen India Diduga Bunuh Tokoh Pembangkang Sikh di Kanada

Hubungan India dan Kanada memburuk menyusul pembunuhan pembangkang Sikh.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau
Foto: Republika/ Intan Pratiwi
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau

REPUBLIKA.CO.ID, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menuduh pemerintah India mendalangi kekerasan di negara itu. Tudingan itu menjadi babak terbaru dalam keretakan di antara kedua negara menyusul kecurigawan Ottawa atas ula New Delhi yang menargetkan separatis Sikh berbasis di Kanada.

Trudeau melontarkan tuduhan tersebut selama penyelidikan tentang campur tangan asing pada Rabu (16/10/2024. Ia mengatakan ada indikasi yang semakin jelas bahwa India melanggar kedaulatan Kanada dengan menargetkan para pembangkang Sikh di wilayahnya.  Tindakan India, kata Trudeau, adalah 'kesalahan yang mengerikan'.

Baca Juga

Pernyataan itu muncul dua hari setelah India dan Kanada saling mengusir utusan utama atas keretakan tersebut, yang dimulai dengan pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar di Vancouver pada bulan Juni 2023.

Kemudian pada tahun itu, Trudeau mengatakan Kanada memperoleh bukti yang kredibel untuk menghubungkan agen-agen India dengan pembunuhan Nijjar, seorang warga negara Kanada yang menganjurkan tanah air Sikh dalam bentuk negara Khalistani yang merdeka.

Pihak berwenang Kanada sejak itu telah menangkap empat warga negara India terkait dengan pembunuhan tersebut, yang berulang kali dibantah New Delhi.

India mengecam tuduhan Kanada, dengan mengatakan Ottawa belum berbagi sedikit pun bukti meskipun ada banyak permintaan dari New Delhi.

Kementerian Luar Negeri India menyebut tuduhan tersebut sebagai bagian dari strategi yang disengaja untuk mencoreng India demi keuntungan politik. New Delhi juga mengusir komisaris tinggi sementara Kanada dan lima diplomat lainnya.

Anil Wadhwa, seorang mantan diplomat, menyalahkan Kanada dan Trudeau atas perselisihan tersebut.

"Saya tidak berpikir perdagangan akan banyak terpengaruh. Namun, layanan visa akan terdampak dan mahasiswa juga akan merasakan dampaknya. Harapannya adalah kewarasan akan menang," tegasnya.

Amitabh Mattoo, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Jawaharlal Nehru, Delhi, menyuarakan pandangan ini.

Ia mengatakan yang paling menderita adalah hampir 2 juta anggota diaspora India di Kanada, yang merupakan sekitar 5% dari total populasi negara tersebut. Mattoo meminta pemerintah India dan Kanada untuk melakukan dialog terbuka yang serius" mengenai masalah tersebut.

Meskipun ada ketegangan politik, Raja Mohan mengatakan, hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara tidak terpengaruh. Raja Mohan meminta pemerintah untuk mengelola tindakan mereka sedemikian rupa sehingga tidak akan ada dampak ekonomi yang besar.

C Raja Mohan, seorang profesor tamu di Institut Studi Asia Selatan Singapura, mengatakan bahwa situasi ini hanya akan menjadi lebih buruk sebelum menjadi lebih baik dan bahwa "akan butuh waktu lama sebelum hubungan kembali normal.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement