REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- Kabar kematian pemimpin Hamas Yahya Sinwar menjadi perbincangan hangat di warga Palestina. Ada yang berharap agar perang dihentikan, tapi banyak juga yang menyatakan bahwa perjuangan terhadap penjajahan oleh Israel terus berlanjut.
Mereka juga mencatat bahwa Israel telah membunuh banyak generasi pemimpin Palestina, tetapi otoritas tidak berhasil memadamkan perlawanan, dan pemimpin baru telah menggantikan yang syahid.
Penulis terkemuka Susan Abulhawa menulis dalam sebuah posting di X, Ia (Sinwar) gugur dalam pertempuran di garis depan bersama para prajuritnya melawan tirani dan kebiadaban Zionis.
"Ia tidak bersembunyi di terowongan seperti yang mereka (Israel) katakan. Ia tentu saja tidak bersembunyi di bangunan berbenteng, merasa nyaman dengan jas dan kekayaan. Ia tewas sebagai martir dan pahlawan dalam mengejar kebebasan," ujarnya dikutip laman the Guardian.
Dalam posting selanjutnya, ia menambahkan, "Mereka mengira perlawanan mati bersama dengan kemartiran para pemimpin, seolah-olah kerinduan yang membara akan kebebasan, rumah, dan warisan di dada kita dapat padam ketika hal itu menghancurkan hati kita. Selamat tinggal putra yang mulia."
Ali Abunimah, seorang jurnalis Palestina-Amerika dan pendiri situs Electronic Intifada, menulis bahwa sejarah menunjukkan bahwa kesyahidan para pemimpin hanya akan memperkuat tekad rakyat untuk merdeka.