Senin 27 Jan 2025 13:55 WIB

Di Balik Syair Yahya Sinwar, Kebebasan yang Harus Dibayar Mahal

Syair ini menjadi pengingat kebebasan harus dibayar mahal.

Rep: Fuji EP/ Red: A.Syalaby Ichsan
Yahya Sinwar
Foto: Aljazeera
Yahya Sinwar

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pada Jumat, 24 Januari 2025, mantan pemimpin Hamas Yahya Sinwar muncul dalam episode khusus program “Ma Khafi A'azam” yang disiarkan Al Jazeera. Dia berdiri di antara para pejuangnya di garis depan di Rafah, Palestina, dengan pakaian sederhananya yang dipenuhi debu pertempuran.

Baca Juga

Saat kamera mengabadikan momen tersebut, ia mengulangi sebaris puisi yang terkenal, “Dan kebebasan merah memiliki pintu, yang dipukul oleh setiap tangan yang berlumuran darah.” 

Bait puisi tersebut, yang sangat mengena di hati para penonton, dengan cepat menyebar ke seluruh platform media social, dikutip dari laman Palestine Chronicle, Senin (27/1).

Kalimat ini, yang diabadikan dalam puisi Nakbat Dimashq (Tragedi Damaskus) oleh “Pangeran Penyair” Mesir Ahmed Shawqi, berasal dari tahun 1926. Shawqi menulis puisi ini sebagai tanggapan atas serangan brutal Prancis ke Damaskus selama Pemberontakan Besar Suriah.

Saat itu, Suriah berada di bawah kekuasaan kolonial Prancis, dan meskipun mengalami penderitaan yang luar biasa, para pemberontak Suriah, yang dipimpin oleh Sultan Pasha al-Atrash, berjuang dengan gigih demi kebebasan negara mereka. Kata-kata Shawqi menjadi simbol perjuangan untuk kebebasan di masa-masa sulit yang dialami oleh negara-negara Arab yang tertindas.

Shawqi membacakan puisinya dalam sebuah konser amal di Taman Azbakiya, Kairo, yang diselenggarakan untuk memberikan bantuan kepada warga Suriah yang sedang dilanda perang. Di dalamnya, ia mengungkapkan solidaritasnya dengan perlawanan Suriah dan menghormati pengorbanan para pejuang, seperti al-Atrash, yang mengorbankan nyawa mereka demi kebebasan.

Syair terkenal, “Dan kebebasan merah memiliki pintu, dipukul oleh setiap tangan yang berlumuran darah,” mencerminkan keyakinan Shawqi bahwa kebebasan sejati hanya diperoleh melalui pengorbanan yang sangat besar, terutama darah dari mereka yang berani mati untuk tanah air mereka. Kata-katanya menekankan bahwa bangsa-bangsa dibangun bukan melalui janji-janji kosong, tetapi melalui keberanian dan darah para pembelanya.

Meskipun lebih dari satu abad telah berlalu sejak Shawqi menulis puisi ini, maknanya tetap bertahan, terutama dalam konteks perjuangan yang sedang berlangsung untuk kebebasan, seperti perjuangan Palestina. Sinwar, seorang tokoh terkemuka dalam perlawanan Palestina, dirayakan sebagai seorang pemimpin yang telah mewujudkan esensi dari syair ini dalam dedikasinya terhadap perjuangan rakyatnya untuk keadilan dan kebebasan.

Syair ini mendapatkan kehidupan baru melalui pembacaan Sinwar, yang menyoroti relevansi yang terus berlanjut dari kata-kata Shawqi bagi mereka yang berjuang untuk kebebasan saat ini. Syair ini menjadi pengingat bahwa kebebasan harus dibayar mahal, dan hanya mereka yang berani yang akan membayarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ يَوْمَ لَا يُخْزِى اللّٰهُ النَّبِيَّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۚ نُوْرُهُمْ يَسْعٰى بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَيْمَانِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَاغْفِرْ لَنَاۚ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

(QS. At-Tahrim ayat 8)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement