Sabtu 26 Oct 2024 22:01 WIB

Studi: Bahan Kimia PFAS Ditemukan dalam 99 Persen Sampel Air Minum Kemasan

PFAS diaebut terdeteksi di hampir semua sampel air minum kemasan berbagai negara.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Air minum (ilustrasi). Sebuah studi menemukan bahan kimia abadi atau polifluoroalkil (PFAS) telah terdeteksi di hampir semua sampel air minum dalam kemasan di berbagai negara.
Foto: www.freepik.com
Air minum (ilustrasi). Sebuah studi menemukan bahan kimia abadi atau polifluoroalkil (PFAS) telah terdeteksi di hampir semua sampel air minum dalam kemasan di berbagai negara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah studi menemukan bahan kimia abadi atau polifluoroalkil (PFAS) telah terdeteksi di hampir semua sampel air minum dalam kemasan di berbagai negara. Temuan ini menimbulkan kekhawatiran atas risiko kesehatan yang mungkin terjadi akibat paparan PFAS.

Studi yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Birmingham, Southern University of Science and Technology, dan Hainan University ini menganalisis 112 sampel air kemasan (87 merek), baik dalam botol kaca maupun plastik, dari 15 negara. Para peneliti juga menganalisa 55 sampel air keran dari Inggris dan China. Dipublikasikan dalam jurnal ACS ES&T Water, studi ini memberikan gambaran tentang kontaminasi yang meluas dan menyoroti perlunya peningkatan pemantauan dan regulasi bahan kimia ini.

Baca Juga

Para peneliti berfokus pada sepuluh senyawa PFAS tertentu, dan menemukan bahwa dua dari PFAS yang paling terkenal - asam perfluorooctanoic (PFOA) dan perfluorooctane sulfonate (PFOS) - terdeteksi di lebih dari 99 persen sampel air kemasan.

Salah satu temuan yang paling mencolok adalah perbedaan tingkat bahan kimia selamanya antara air keran di Inggris dan China. Air keran di China mengandung konsentrasi bahan kimia yang jauh lebih tinggi, dengan beberapa sampel yang melebihi pedoman kesehatan terbaru yang ditetapkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA). Perbedaan ini mungkin sebagian disebabkan oleh perbedaan peraturan lingkungan dan praktik industri antara kedua negara.

Para peneliti juga mengungkapkan bahwa sumber air kemasan yang dianggap murni ternyata tidak sepenuhnya bebas dari kontaminasi PFAS. Air mineral alami yang bersumber dari air tanah biasanya mengandung konsentrasi bahan kimia yang lebih tinggi dibandingkan dengan air yang dimurnikan. Namun, penelitian ini tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam tingkat PFAS antara botol kaca dan plastik.

Para peneliti tidak hanya mengukur kadar PFAS, tetapi juga menguji metode pengolahan air rumah tangga seperti merebus dan menggunakan filter karbon aktif, dapat secara signifikan mengurangi konsentrasi PFAS dalam air minum. “Temuan kami menyoroti adanya PFAS dalam air minum dan efektivitas metode pengolahan sederhana untuk mengurangi kadarnya. Menggunakan teko penyaringan air sederhana atau merebus air, dapat menghilangkan sebagian besar zat-zat ini,” kata salah satu penulis Profesor Stuart Harrad dari University of Birmingham, dilansir Study Finds, Sabtu (26/10/2024).

Hasil penelitian ini menggarisbawahi perlunya pemantauan dan regulasi yang berkelanjutan terhadap bahan kimia yang ada di sumber air minum. “Meningkatnya kesadaran tentang keberadaan PFAS dalam air keran dan air minum dalam kemasan, dapat membantu konsumen membuat pilihan bijak dalam mengonsumsi air serta mendorong penggunaan metode pemurnian air,” kata Profesor Yi Zheng dari Southern University of Science and Technology.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement