Senin 28 Oct 2024 14:07 WIB

Rusia Dukung Penuh Indonesia Masuk Keanggotaan BRICS

Bagi Rusia, Indonesia merupakan kandidat yang cukup baik masuk BRICS.

Dubes Federasi Rusia untuk Indonesia Sergei Tolchenov.
Foto: Dok Kedubes Rusia
Dubes Federasi Rusia untuk Indonesia Sergei Tolchenov.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rusia mendukung langsung Indonesia untuk bergabung ke dalam perhimpunan negara BRICS. Namun keputusan bisa atau tidaknya Indonesia gabung ke BRICS tergantung dari negara anggota lain.

"Sekali lagi, BRICS adalah perhimpunan multilateral, kami perlu ada konsensus bersama," ujar Dubes Federasi Rusia untuk Indonesia Sergei Tolchenov saat memberikan keterangan resmi di Kedubes Rusia, Senin (28/10/2024).

Baca Juga

Dubes menyatakan bahwa pembicaraan tentang kemungkinan bergabung Indonesia ke dalam BRICS sudah lama. Bagi Rusia, Indonesia merupakan kandidat yang cukup baik. Indonesia, kata ia, merupakan negara yang solid dan besar. "Kami percaya, Indonesia bisa membangun relasi dengan BRICS," ujarnya.

Dubes tak menampik ada akselerasi dalam perubahan kebijakan pemerintah Indonesia. Karena pada tahun lalu, Indonesia belum mengajukan proposal untuk bergabung dalam BRICS.

Menurut Dubes, kehadiran perwakilan Indonesia dalam KTT BRICS di Kazan merupakan sesuai dengan janji Prabowo ke putin pada pertemuan Juli lalu. Saat itu, Prabowo menyampaikan akan mengirimkan delegasi dalam pertemuan KTT BRICS.

"(Menlu) Sugiyono datang di Kazan, ini merupakan simbol penting karena ini adalah kunjungan pertama Menteri Luar Negeri terpilih itu sejak menjabat," ujarnya.

Ketika ditanya kapan Indonesia akan menjadi anggota penuh? Dubes sekali lagi menekankan bahwa tidak ada target atau periode waktu tersebut. Namun yang pasti Indonesia telah mengajukan secara resmi surat keinginan untuk menjadi anggota sebagai salah satu syarat penting untuk menjadi anggota.

Saat ditanya Republika, apakah ada negara di anggota BRICS yang menolak keinginan Indonesia masuk perhimpunan negara tersebut? Dubes tidak bisa menjawab. "Saya tidak tahu."

Dubes mengungkapkan sejumlah keuntungan bagi Indonesia jika bergabung dengan BRICS. Keuntungan tersebut seperti peningkatan kerja sama ekonomi dan perdagangan di antara sesama anggota BRICS. "Indonesia dapat memanfaatkan potensi rencana pembangunan dan kerja sama di antara negara BRICS," ujarnya.

BRICS merupakan akronim dari Brazil, Russia, India, China, South Africa, disingkat BRICS. Perkumpulan ini berdiri sekitar satu decade lalu. Seiring dengan berjalannya Waktu keanggotan BRICS meluas dan kini terdiri atas 10 anggota. Di antaranya yakni Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, Mesir dan Uni Emirat Arab.

Menteri Luar Negeri RI Sugiono menyatakan keinginan untuk bergabung itu merupakan bentuk pengejawantahan politik luar negeri nasional yang berdasar nilai bebas aktif.

“(Bergabungnya RI ke BRICS) bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum,” tegas Sugiono, sebagaimana pernyataan Kemlu RI yang diterima di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan, keinginan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memandang BRICS sebagai wahana yang tepat untuk membahas dan memajukan kepentingan bersama negara-negara Selatan Global (Global South). Pernyataan ini sekaligus menepis rumor Indonesia telah beralih dari Barat dan beralih ke Rusia.

Untuk itu, Sugiono mengajukan tiga langkah konkret untuk memperkuat kerja sama BRICS dengan negara-negara Selatan Global. Pertama, menegakkan hak atas pembangunan berkelanjutan sehingga negara-negara maju harus memenuhi komitmen mereka kepada negara.

Selanjutnya, mendukung reformasi sistem multilateral supaya lebih inklusif, representatif, dan sesuai dengan realitas saat ini. Institusi internasional juga harus diperkuat dengan sumber daya yang memadai.

Indonesia juga mendorong BRICS untuk menjadi perekat demi menguatkan solidaritas antara negara-negara berkembang, tutur Sugiono.

Selain itu, bergabungnya Indonesia ke BRICS selaras dengan program kerja Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo Subianto, katanya. “Antara lain, terkait ketahanan pangan dan energi, pemberantasan kemiskinan, ataupun pemajuan sumber daya manusia,” ucap Sugiono.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا
Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.

(QS. An-Nisa' ayat 136)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement