Kamis 31 Oct 2024 00:07 WIB

Tiga Penyebab Elektabilitas RIDO dan Pramono-Rano Bersaing Ketat Menurut LSI Denny JA

Menurut survei LSI Denny JA, elektabilitas RIDO dan Pramono-Rano selisih 0,3 persen.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andri Saubani
Cagub DKI Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil bersama cagub nomor urut 3 Pramono Anung berbincang saat mengikuti deklarasi kampanye damai untuk Pilgub Jakarta 2024 di Museum Fatahilah, Kota Tua, Jakarta, Selasa (24/09/2024). Ketiga pasangan peserta Pilgub DKI Jakarta dan partai-partai pengusungnya sepakat mewujudkan pemilihan yang aman, tertib, dan damai, serta berintegritas tanpa hoaks, tanpa politisasi SARA, dan tanpa politik uang. 
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Cagub DKI Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil bersama cagub nomor urut 3 Pramono Anung berbincang saat mengikuti deklarasi kampanye damai untuk Pilgub Jakarta 2024 di Museum Fatahilah, Kota Tua, Jakarta, Selasa (24/09/2024). Ketiga pasangan peserta Pilgub DKI Jakarta dan partai-partai pengusungnya sepakat mewujudkan pemilihan yang aman, tertib, dan damai, serta berintegritas tanpa hoaks, tanpa politisasi SARA, dan tanpa politik uang. 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga survei LSI Denny JA merilis hasil survei terbaru terkait elektabilitas calon gubernur dan wakil gubernur (cagub-cawagub) DKI Jakarta 2024, Rabu (30/10/2024). Hasilnya, elektabilitas Ridwan Kamil (RK)-Suswono dan Pramono Anung-Rano Karno hanya beda tipis.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada periode 16-22 Oktober 2024 itu, RK-Suswono memiliki elektabilitas 37,4 persen. Sementara Dharma Pongrekun-Kun Wardana memiliki elektabilitas 4 persen. Sedangkan Pramono-Rano memiliki elektabilitas 37,1 persen. Sebanyak 21,5 persen masih belum menentukan atau tidak menjawab.

Baca Juga

Direktur Lingkaran Survei Kebijakan Publik LSI Denny JA Sunarto Ciptoharjono mengatakan, terdapat tiga alasan RK-Suswono dan Pramono-Rano masih bersaing ketat secara elektabilitas. Padahal, RK-Suswono didukung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus. Di sisi lain, Pramono-Rano hanya didukung PDIP dan Partai Hanura.

"Pertama yang bisa kita analisis, mesin politik KIM plus kurang efektif di Jakarta. Misalnya terlihat di awal, PKS yang harusnya ada di KIM plus masih mendukung Pramono-Rano di grassroot. Golkar grasroot juga lari ke Pramono-Rano, kemudian PKB juga, dan Nasdem," kata dia saat menyampaikan hasil survei, Rabu (30/10/2024).

Ia menyebutkan, dari seluruh partai yang tergabung dalam KIM plus, hanya pemilih Partai Gerindra, PAN, PSI, Perindo, Partai Gelora, dan Partai Garuda, yang solid mendukung RK-Suswono. Sedangkan pemilih PKS, Partai Nasdem, PKB, Partai Golkar, Partai Demokrat, dan PPP, sebagian bergeser mendukung Pramono-Rano.

"Ini PR (pekerjaan rumah) untuk KIM plus untuk membuat soliditas," kata dia.

Sunarto menambahkan, alasan kedua adalah RK kurang diterima oleh etnis setempat, yaitu Betawi. Di sisi lain, sosok Rano Karno sebagai Si Doel dianggap sebagai sosok legendaris di Betawi.

"Ini masih tertancap di pemilih, Si Doel tokoh legendaris Betawi," kata dia.

Alasan terakhir, ia menyebutkan, tingkat popularitas RK sejajar dengan Rano. Artinya, penerimaan masyarakat terhadap dua kandidat itu setara. 

"Jadi faktor Si Doel jadi faktor penentu Pramono-Rano bisa terdongkrak," kata Sunarto. 

Berdasarkan survei LSI Denny JA, tingkat pengenalan Rano mencapai 97,8 persen dan kesukaan 88 persen. Sementara RK memiliki tingkat pengenalan 97,5 persen dan kesukaan 74,1 persen. 

Diketahui, survei itu dilakukan menggunakan metode multi stage random sampling, melibatkan wawancara tatap muka dengan 800 responden di masing-masing provinsi. Survei itu memiliki margin of error sekitar plus-minus 3,5 persen.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement