Selasa 05 Nov 2024 14:53 WIB

Kenikmatan di Surga Dirasakan Secara Jasmani atau Rohani? 

Surga dan neraka sebagai bagian perkara ghaib yang wajib diimani.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Muhammad Hafil
Ilustrasi Surga
Foto: Pixabay
Ilustrasi Surga

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Makanan dan minuman merupakan fitrah kehidupan dimanapun manusia berada, sesuai dengan kehendak Allah. Termasuk di surga, bahkan di neraka sekalipun. 

Di kalangan intelektual Sunni, makanan dan minuman di surga secara material, jasmani dan rohani dikatakan ada. Sementara kaum Mutazilah menolaknya. 

Baca Juga

Menurut kaum Mutazilah, yang ada hanya kenikmatan rohani belaka, termasuk di dalamnya segala kenikmatan surga lainnya, dikutip dari buku Tafsir Ilmi tentang Kiamat. 

Surga dan neraka sebagai bagian perkara ghaib yang wajib diimani. Terlepas dari kontroversi di atas, yang pasti adalah bahwa Alquran dan hadis dalam berbagai keterangan menyatakan tentang adanya surga ini, sehingga tidak perlu ditafsirkan lain kecuali haqq dan benar adanya.

Di sisi lain, surga bukan hanya menawarkan hidangan yang sedemikian baik, tetapi juga tutur kata dan bahasa ahli surga yang amat menyenangkan. Yaitu disambut dengan ucapan yang penuh doa, indah, dan salam menggembirakan, kehangatan terhadap tamu atau teman yang datang dan akan masuk surga, seperti diterangkan pada berbagai surat dalam Alquran.

Di antaranya Surat Al-A'raf Ayat 46, Yunus Ayat 10, Ar-Ra'd Ayat 24, Ibrahim Ayat 24, al-Hijr Ayat 46, an-Nahl Ayat 32, al-Waqiah Ayat 24, dan As-Saffat Ayat 46.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِكَأْسٍ مِّنْ مَّعِيْنٍۢ ۙ

بَيْضَاۤءَ لَذَّةٍ لِّلشّٰرِبِيْنَۚ

Kepada mereka diedarkan gelas (yang berisi minuman) dari mata air (surga). (Warnanya) putih bersih dan lezat rasanya bagi orang-orang yang meminum(-nya). (QS As-Saffat Ayat 45-46)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

جَنّٰتُ عَدْنٍ يَّدْخُلُوْنَهَا تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ لَهُمْ فِيْهَا مَا يَشَاۤءُوْنَ ۗ كَذٰلِكَ يَجْزِى اللّٰهُ الْمُتَّقِيْنَۙ

(yaitu) surga-surga ‘Adn yang mereka masuki. Sungai-sungai mengalir di bawahnya. Di dalam (surga) itu mereka mendapat segala yang mereka inginkan. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (QS An-Nahl Ayat 31)

Mereka para penghuni surga adalah orang-orang terhormat, dan orang-orang terhormat mesti mendapat kehormatan dalam berbagai aspeknya, mulai dari tempat tinggal, jamuan, pakaian, perhiasan, bahasa yang diucapkan, dan lambang-lambang kehormatan lainnya.

Ketika seorang mukmin dan yang beramal saleh itu masuk surga, bukan hanya disambut dengan salamun alaikum, tetapi disuruh juga menyantap hidangan yang sudah disediakan, seperti dijelaskan ayat berikut:

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan. Mereka bersuka ria dengan apa yang Tuhan anugerahkan kepada mereka. Tuhan menjaga mereka dari azab (neraka) Jahim. (Dikatakan kepada mereka,) “Makan dan minumlah dengan nikmat sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan!" Mereka bertelekan di atas dipan-dipan yang tersusun dan Kami menganugerahkan kepada mereka pasangan, yaitu bidadari yang bermata indah. (QS At-Tur Ayat 17-20)

Setelah menegaskan bahwa orang-orang yang bertakwa mendapat surga an-na'im atau kenikmatan surga sebagai karunia Allah atas dipeliharanya mereka dari neraka jahim, maka mereka dipersilakan untuk menikmati surga ini dengan aneka makanan dan minuman. 

Menurut Tafsir Kementerian Agama, penjelasan dua ayat ini sebagai berikut, dalam ayat ke-18 digambarkan bahwa mereka merasakan suka cita dan kebahagiaan yang penuh karena anugerah dan hadiah-hadiah yang dilimpahkan Allah kepadanya. Mereka tidak pernah terganggu oleh segala macam was-was atau dihinggapi oleh perasaan lelah. Mereka betul-betul ada dalam kesenangan dan kenikmatan serta kelezatan luar biasa, muka mereka berseri-seri dan riang gembira. Mereka sudah diselamatkan dari kesengsaraan. Itulah kesenangan yang benar dan nikmat yang abadi. 

Pada ayat ke-19, Allah membolehkan memakan dan meminum apa yang telah tersedia berupa segala makanan dan minuman yang lezat-lezat. Mereka tidak lagi khawatir bahaya yang akan menimpa, seperti halnya apa yang mereka saksikan di dunia tentang adanya bahaya makanan dan minuman. Semua itu sebagai balasan terhadap amal baik mereka dan sebagai balasan atas kesungguhan mereka di dunia dalam berbakti kepada Allah SWT. Mereka betul-betul merasa nikmat di akhirat.

Pada surat lain yang mirip isinya dengan ayat di atas.

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan (pepohonan surga yang teduh) dan (ada di sekitar) mata air serta buah-buahan yang mereka sukai. (Dikatakan kepada mereka,) “Makan dan minumlah dengan nikmat karena apa yang selalu kamu kerjakan.” Sesungguhnya demikianlah Kami beri balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS al-Mursalat Ayat 41-44)

Aneka ragam ayat yang menerangkan tentang makanan dan minuman di surga sungguh memberikan suatu warna lain bagi mereka yang sedang diliputi kegembiraan luar biasa di tempat dan alam yang luar biasa indahnya, sebagai balasan atas prestasi iman, takwa dan amal saleh, balasan tersebut juga diberikan bagi orang-orang yang berbuat baik. Orang-orang yang berbuat baik (ihsan) diberi balasan surga oleh Allah karena mereka adalah orang yang bersama Allah.

Lezatnya Hidangan di Surga 

Perlu digaris bawahi di sini bahwa penyambutan atas mereka yang berbuat baik dengan disuruh menyantap hidangan di surga disebut dengan sebutan hanian. Ungkapan hanian dalam Alquran dan Tafsirnya, Kementerian Agama diterangkan sebagai berikut: 

"Dari perkataan hanian (dengan sedap) dapat dipahami bahwa makanan dan minuman yang diberikan di dalam surga adalah makanan dan minuman yang luar biasa enaknya dan tidak ada yang seenak itu di dunia."

M Quraish Shihab menjelaskan sebagai berikut: Orang yang makan di dunia kadang-kadang mendatangkan penyakit dan lain-lain, sehingga ia kurang tenang dan kurang enak makan. Atau ia takut akan segera habisnya makanan, sehingga ia harus mencarinya lagi, lalu harus memasak lagi, hingga matang dan dapat dimakan. Hal-hal seperti ini tidak akan ditemui di surga. 

Sementara itu, perkataan “bima kuntum tamalun” dalam ayat di atas berarti sebagai balasan yang telah diperbuat di dunia yang merupakan isyarat bahwa Allah telah memenuhi apa yang telah dijanjikan-Nya, karena tidak ada nikmat di dunia tanpa adanya susah payah dulu, yang berlainan dengan di akhirat. Di akhirat semua mendapat balasan atas iman dan amal saleh yang dikerjakan di dunia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement