Kamis 14 Nov 2024 16:31 WIB

Dompet Dhuafa: Perlu Keterlibatan Para Pemimpin untuk Pemberdayaan Masyarakat

Kepemimpinan profetik menjadi faktor penentu.

Rep: Fuji Eka Permana,/ Red: Hasanul Rizqa
Ketua Dewan Pengurus Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ketua Dewan Pengurus Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pengurus Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini mengatakan, untuk mencapai suatu proses pemberdayaan dan menggerakkan bangsa, itu perlu keterlibatan para pemimpin, khususnya pemimpin masyarakat dan pemimpin lokal. Demikian yang dimaksud kepemimpinan profetik untuk pemberdayaan masyarakat.

Menurut Juwaini, para pemimpin masyarakat harus memiliki satu kesadaran bersama untuk membangun bangsa dengan semangat keragaman dan juga persatuan.

Baca Juga

"Kita menyadari bahwa pemimpin profetik ini salah satu faktor kunci yang kita perlukan," kata Juwaini di acara Pentas Seni dan Forum Group Discussion (FGD) Budaya dan Pemberdayaan yang digelar Dompet Dhuafa dan Bina Trubus Swadaya di Philanthropy Building, Jakarta, Rabu (13/11/2024).

Juwaini berharap kehidupan bangsa Indonesia menjadi lebih baik, karena terdorong oleh kesadaran bahwa bangsa ini sudah memiliki nilai dan tujuan hidup yang bagus, yang perlu diaplikasikan bersama-sama.

Mengenai Pentas Seni dan FGD Budaya dan Pemberdayaan yang digelar, Juwaini menyampaikan, memasukkan pentas seni budaya ke dalam acara ini bukan hanya sebagai sisipan. Malah Dompet Dhuafa jadikan pentas kesenian atau budaya itu sebagai inti acara.

"Jadi tujuan dari kegiatan ini sebenarnya kita kembali ke sejak awal kita menyelenggarakan FGD kebudayaan, ini bagian dari upaya kita untuk mengajak kita untuk kembali kepada nilai-nilai budaya bangsa Indonesia," kata dia.

Juwaini mengatakan, dengan nilai-nilai budaya itu, Dompet Dhuafa ingin menyebarkan satu pemahaman yang sama bahwa kebudayaan itu bisa dijadikan sebagai sarana untuk memperkuat kehidupan bangsa ini. Menyatukan persatuan nasional, memberdayakan masyarakat, membangun kepedulian sosial, kemanusiaan, dan semangat gotong royong serta semangat keberagaman.

"Jadi intinya bagaimana kita menjadikan kebudayaan itu sebagai sarana untuk menjadikan bangsa ini lebih baik," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement