Sabtu 16 Nov 2024 05:12 WIB

Jejak Buruk Pete Hegseth, Calon Menhan Era Trump Ingin Bangun Kuil Yahudi di Al-Aqsa

Sejumlah menteri Trump dianggap memiliki haluan pro-Israel.

Pete Hegseth berjalan menuju lift untuk pertemuan dengan Presiden terpilih Donald Trump di Trump Tower di New York, 15 Desember 2016. (AP Photo/Evan Vucci
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Pete Hegseth berjalan menuju lift untuk pertemuan dengan Presiden terpilih Donald Trump di Trump Tower di New York, 15 Desember 2016. (AP Photo/Evan Vucci

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS terpilih Donald Trump telah menunjuk sejumlah kandidat yang bakal mengisi di posisi cabinet. Salah satunya yakni Pete Hegseth, mantan host televisi yang akan diangkat menjadi menteri pertahanan.

Namun yang perlu dikhawatirkan, Pete Hegseth ternyata memiliki sejumlah rekam jejak buruk dalam hal sikpapnya terhadap konflik Palestina-Israel.

Baca Juga

Hegseth dianggap proIsrael. Ia pernah menyatakan akan membangun Kuil Yahudi di situs suci Muslim, Masjid Al-Aqsha di Yerusalem.

Berbicara di sebuah acara di Yerusalem pada tahun 2018, ia mengatakan tidak ada alasan mengapa mukjizat membangun kembali bait suci di Temple Mount tidak mungkin terjadi, Ia menggunakan nama Israel untuk dataran tinggi di Yerusalem Timur yang diduduki, lokasi Masjid Al-Aqsa berdiri.

"Saya tidak tahu bagaimana itu akan terjadi, Anda tidak tahu bagaimana itu akan terjadi, tetapi saya tahu itu bisa terjadi - dan langkah dalam proses itu adalah pengakuan bahwa fakta dan aktivitas di lapangan benar-benar penting," katanya di acara tersebut, yang berlangsung di King David Hotel di Yerusalem.

Ia juga mengatakan kepada para hadirin bahwa Israel harus memanfaatkan Trump yang sedang menjabat untuk melakukan apa yang perlu mereka lakukan di wilayah tersebut.

"Saya tidak tahu bagaimana itu akan terjadi, tetapi saya tahu itu bisa terjadi - dan satu langkah dalam proses itu adalah pengakuan bahwa fakta dan aktivitas di lapangan benar-benar penting," katanya di acara tersebut, yang berlangsung di King David Hotel, Yerusalem.

Bagi penganut agama Yahudi, Temple Mount merupakan tempat tersuci dalam agama Yahudi. Diyakini bahwa tempat ini merupakan lokasi dua kuil yang dulunya merupakan pusat kerajaan Yahudi yang ada di zaman kuno, baik menurut kitab suci maupun penelitian arkeologi.

Satu-satunya bagian yang tersisa dari Bait Suci Kedua - yang dimulai oleh Herodes Agung dan dihancurkan oleh bangsa Romawi pada tahun 70 M sebagai balasan atas pemberontakan Yahudi - adalah Tembok Barat, yang merupakan tempat tersuci bagi orang Yahudi untuk berdoa di kota tersebut.

Di puncak bukit terdapat Masjid Al-Aqsa yang luas, kompleks halaman, tempat suci umat Islam, termasuk Kubah Batu yang beratap emas. Masjid ini merupakan salah satu tempat tersuci dalam agama Islam.

Pembatasan terhadap non-Muslim untuk memasuki masjid telah diberlakukan sejak status quo Ottoman yang menetapkan tempat-tempat suci Yerusalem pada tahun 1757.

Kepala Rabbi Yerusalem juga, sejak tahun 1921, secara resmi melarang orang Yahudi memasuki Temple Mount.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, aktivis Yahudi sayap kanan telah secara rutin menyerbu kompleks masjid tersebut disertai oleh para menteri dalam pemerintahan, dan akses warga Palestina ke masjid dan halamannya secara rutin dibatasi oleh pasukan keamanan Israel.

Aktivis Yahudi sayap kanan ingin membangun kuil Yahudi ketiga di lokasi tempat bangunan dan halaman Masjid Al-Aqsa berdiri saat ini.

Beberapa orang, termasuk kaum Kristen Evangelis, percaya bahwa ini akan menandai kedatangan sang juru selamat dan bahkan mungkin kiamat dunia. Hegseth diketahui sebagai penganut paham kristen Evangelis. 

Hegseth bukan calon menteri pertama yang dianggap pro-Israel.  Seperti dilansir MEE, beberapa calon pejabat strategis yang pro-Israel tersebut di antaranya yakni Marco Rubio, Mike Waltz hingga Huckabee.

Senator Marco Rubio telah dinominasikan Trump sebagai calon Menteri Luar Negeri AS. Rubio dianggap sebagai kandidat yang pro-Israel.

Rubio telah bicara blak-blakan tentang konflik Israel-Hamas, dan menyatakan dukungannya terhadap Israel, setelah serangan 7 Oktober 2023, ketika Hamas melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel.

Pada Oktober 2023, Rubio mengatakan di X, bahwa Israel tidak punya pilihan selain mengupayakan pemberantasan Hamas di Gaza sepenuhnya.

Dia mengatakan bahwa usaha yang perlu dilakukan secara tragis ini harus dibayar dengan harga yang sangat mahal. "Harga yang harus dibayar karena kegagalan untuk secara permanen melenyapkan kelompok orang-orang biadab yang sadis ini."

“Pentingnya Israel pada titik tertentu untuk mengatasinya, meskipun ada ancaman nyata berupa perang skala penuh dengan Hizbullah, yang secara militer jauh lebih menantang dan destruktif.”

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement