REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gencatan senjata di Lebanon dilaporkan dapat diumumkan dalam waktu depat. Wakil Ketua Parlemen Lebanon, Elias Bou Saab, pada Senin (25/11/2024), mengungkapkan kepada Al-Mayadeen, pengumuman tersebut bahkan dapat dilakukan pada beberapa jam atau hari mendatang.
Bou Saab yang mengutip informasi dari utusan Amerika Serikat Amos Hochstein, menyatakan, masalah terakhir yang disengketakan dalam perjanjian tersebut telah diselesaikan. Meski demikian, Bou Saab menegaskan, Lebanon akan tetap waspada karena pengalaman sebelumnya dengan pendudukan Israel oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah terbukti dinilai tidak menggembirakan.
Apa saja rincian dari rancangan perjanjian gencatan senjata tersebut? Bou Saab menyatakan bahwa perjanjian akan mengarah pada penarikan penuh pasukan Israel ke garis gencatan senjata dan penghentian agresi dan permusuhan.
Dia menjelaskan bahwa komite yang mengawasi pelaksanaan perjanjian tersebut tidak berwenang untuk beroperasi di luar ketentuan Resolusi 1701. Bou Saab mencatat bahwa meskipun berpotensi diperluas, gencatan senjata saat ini hanya mencakup Amerika Serikat dan Prancis.
Mengenai adanya klaim pihak penjajah Israel atas kebebasan bertindak di Lebanon, Bou Saab menekankan, "Kami tidak mendengar atau dihadapkan dengan siapa pun yang menawarkan jaminan bagi pihak mana pun untuk memiliki kebebasan bergerak."
Ia menegaskan bahwa setiap pencapaian gencatan senjata akan disambut baik oleh semua faksi Lebanon. Sebelumnya, surat kabar Israel Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa Israel pada prinsipnya telah menyetujui penyelesaian di Lebanon.
Surat kabar tersebut mengutip sumber-sumber Israel dan Amerika. Namun, sumber Israel kemudian mengklaim bahwa meskipun ada "kesiapan dan niat pada prinsipnya untuk bergerak maju," isu-isu tertentu tetap ada dalam agenda.