Rabu 08 Jan 2025 08:14 WIB

Sebentar Lagi Ramadhan, Bolehkah Bumil dan Busui Mengganti Puasa dengan Bayar Fidyah?

Ibu hamil dan menyusui berstatus seperti orang yang sakit.

Ilustrasi Ibu Hamil.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Ibu Hamil.

REPUBLIKA.CO.ID,Kurang dua bulan lagi, Ramadhan 1446 H/2025 akan kembali menyapa umat Islam sedunia. Menjelang datangnya bulan yang suci, kaum Muslimin yang memiliki utang puasa pada Ramadhan sebelumnya diwajibkan untuk mengqadha puasa sebelum datangnya Ramadhan. 

Khusus untuk ibu hamil dan menyusui, muncul pertanyaan apakah mereka diperbolehkan hanya membayar fidyah sesuai dengan syariat atau tetap diwajibkan membayar dengan berpuasa? 

Baca Juga

Muhammad Ajib, Lc dalam bukunya Ibu Hamil & Menyusui Bolehkah Membayar Fidyah Saja, menulis, tidak ada pendapat dari empat mazhab yang membolehkan qadha puasa dengan membayar fidyah. Rata-rata ulama mengharuskan agar semua orang yang puasanya batal saat Ramadhan harus dengan puasa. 

Menurut Mazhab Hanafi, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui (busui) berstatus seperti orang yang sakit. Apabila mereka tidak berpuasa saat Ramadhan, maka wajib mengqadha’ puasanya dan tidak perlu membayar fidyah. Imam Abu Hanifah, Abu Ubaid dan Abu Tsaur pun mendukung pendapat ini berdasarkan ayat dalam Alquran.

Al-Baqarah: 184.

أَيَّامًا مَّعْدُودَٰتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُۥ ۚ وَأَن تَصُومُوا۟ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

 

Arab-Latin: Ayyāmam ma'dụdāt, fa mang kāna mingkum marīḍan au 'alā safarin fa 'iddatum min ayyāmin ukhar, wa 'alallażīna yuṭīqụnahụ fidyatun ṭa'āmu miskīn, fa man taṭawwa'a khairan fa huwa khairul lah, wa an taṣụmụ khairul lakum ing kuntum ta'lamụn

Artinya: (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (QS Al-Baqarah: 184).

Imam As-Sarakhsi seorang ulama Hanafiah yang hidup pada tahun 483 H  mengatakan, 

“Ketika wanita hamil atau menyusui dia khawatir terhadap kondisi dirinya atau anaknya, maka boleh tidak berpuasa sebagaimana hadits nabi Sesungguhnya Allah memberikan keringanan bagi musafir berpuasa dan sholat, dan bagi wanita hamil dan menyusui berpuasa. Karena kesulitan yang menimpa dirinya, maka kesulitan ini merupakan uzur untuk tidak berpuasa seperti halnya orang sakit dan musafr. Bagi wanita ini hanya diwajibkan untuk qadha saja tanpa membayar fidyah. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement