REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU--Seorang siswa kelas tiga SD di Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, MUAU (9) disebut-sebut meninggal dunia karena menjadi korban bullying atau perundungan teman sekolahnya. Kabar tersebut viral di media sosial. Pihak kepolisian pun memberi penjelasan mengenai kasus tersebut.
Kapolres Indramayu, AKBP Ari Setyawan Wibowo melalui Kapolsek Lelea, AKP Sunaryo menjelaskan, berdasarkan hasil Rekam Medis Ringkasan Pasien Pulang dari Rumah Sakit Mitra Plumbon Indramayu, menyatakan bahwa korban didiagnosa utama menderita meningoensefasilitis dan diagnosa sekunder status epileptikus. “Ananda MUAU meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Plumbon Widasari pada Jumat, 7 Februari 2025, pukul 19.19 WIB,” ujar Sunaryo, Selasa (11/2/2025).
Sunaryo menjelaskan, pihaknya awalnya mendapat laporan adanya seorang anak laki-laki yang meninggal dunia. Sebelumnya, sang anak disebutkan sempat terjatuh saat sedang disuapi oleh ibunya. Saat itu, bagian kepala anak tersebut terbentur lantai, tepatnya pada bagian pelipis kiri korban.
Peristiwa itu terjadi di rumah nenek sang bocah yang terletak di Desa Tamansari, Blok Girang Utara, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, pada Jumat (7/2/2025) sekitar pukul 07.00 WIB. Korban selanjutnya dibawa oleh orang tuanya ke salah satu klinik. Setelah sempat diberi penanganan medis, korban dirujuk ke RS Sentra Medika di Desa Langut, Kecamatan Lohbener.
Namun, akibat keterbatasan peralatan, korban kemudian dirujuk ke RS Mitra Plumbon Widasari. Setelah sekitar empat jam dirawat di rumah sakit tersebut, korban meninggal dunia.
Sunaryo menjelaskan, berdasarkan keterangan dari kedua orang tua korban, anaknya itu sempat tidak masuk sekolah selama beberapa hari. Padahal, anak tersebut berangkat dari rumahnya dengan memakai seragam sekolah. “Ternyata korban tidak masuk ke sekolah hingga didapatkan informasi bahwa korban merasa takut masuk sekolah karena menjadi korban pemalakan teman sekelasnya,” kata Sunaryo.
Namun, kasus pemalakan itu sudah diselesaikan oleh pihak sekolah dan korban sempat masuk sekolah kembali. Selanjutnya, korban kembali tidak masuk sekolah karena sakit hingga akhirnya meninggal dunia di rumah sakit. “Orang tua korban menolak untuk dilakukan otopsi dan menyatakan tidak akan melanjutkan ke proses hukum yang berlaku,” kata Sunaryo.