Senin 17 Feb 2025 20:45 WIB

Professor BRIN Ungkap Ada Peran Nusantara Dalam Tercetusnya Teori Evolusi Charles Darwin

Di awal teori evolusi Darwin belum memasukkan variabel manusia.

Charles Darwin
Foto: .
Charles Darwin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Siapa sangka ada peran kepulauan Nusantara dalam pencetusan teori evolusi Charles Darwin. Hal ini diungkap peneliti senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Harry Widianto diskusi bertajuk "Penemuan Pithecantropus erectus dubois dari Trinil: Menguak Misteri Evolusi Manusia" yang digelar di Jakarta, Senin (17/2/2025).

Harry membawakan makalah berjudul 'Diaspora Homo Erectus di Indonesia'. Di bagian awalnya, Prof Harry memaparkan awal mula teori evolusi mahluk hidup yang dicetuskan Charles Darwin. Darwin kala itu sedang berlayar berkeliling dunia dengan kapal perang HMS Beagle. Salah satu persinggahan utamanya adalah di Kepulauan Galapagos, Amerika Selatan.

Secara umum, menurut Prof Harry, teori evolusi berkutat pada perubahan yang sangat lambat dan gradual dari bentuk-bentuk arkaik menjadi bentuk-bentuk yang lebih modern dan lebih kompleks, dalam waktu yang panjang. Arkaik di sini dimaksudkan sebagai bentuk awal. Manusia saat ini, kata Harry, adalah bentuk mahluk hidup yang sudah masuk taraf kompleks dan akhir.

Menariknya, lanjut dia, pada awal riset teori evolusi itu, Darwin bahkan tidak memasukkan ‘manusia’ sebagai bahan penelitiannya. Ini karena ia memang tidak memiliki contoh untuk itu. “Darwin bekerja dengan spesimen tanaman, spesimen binatang. Tidak pernah dengan spesimen manusia, sehingga kekurangan.” kata Prof Harry. Ia juga menegaskan, jadi di awal penyusunan teori evolusi, tidak ada pernyataan Darwin soal manusia berasal dari kera.

Nah! Dalam penelitian itu, Darwin ternyata banyak melakukan surat menyurat dengan ilmuwan lainnya. Termasuk salah satunya adalah Alfred R Wallace, yang kebetulan tengah berada di kepulauan Nusantara, tepatnya di Ternate. Wallace berkeliling Indonesia selama delapan tahun. Ia datangi seluruh pulau besar. Namun ada satu pulau yang jadi fokus Wallace, yakni Sulawesi alias Selebes. 

Di sini, lanjut Harry, Wallace mengamat keanehan terutama fauna Sulawesi, yang berbeda dengan fauna di bagian barat, Kalimantan, maupun timur, Maluku dan Papua. Wallace berargumen ada migrasi dari barat ke timur, namun hanya sampai di Sulawesi. Tidak terus ke Papua. 

“Wallace merupakan pendorong bagi dipublikasikannya teori Darwin ‘survival of the fittest’. Pelayaran Darwin ke Galapagos banyak sekali terpengaruh oleh surat menyurat dengan Wallace,” kata Harry.  Hal serupa yang dilihat Darwin di Kepulauan Galapagos, karena perbedaan fisik fauna.

Dalam dokumentasi surat menyurat Darwin dan Wallace memang banyak sekali bertebaran nama-nama pulau Nusantara. Misal saja, keduanya sempat membahas Pulau Sumatra di empat surat. Kemudian keduanya membahas ihwal hewan di Borneo dalam empat surat. Pembahasan soal geografi dan fauna Sulawesi alias Celebes termasuk yang paling intens antara keduanya, ada enam surat menyurat oleh Darwin ke Wallace. Sementara menyinggung soal situasi flora fauna di Jawa ada lima surat, dan New Guinea (Papua) ada dua surat.

Lalu, dari mana muncul hubungan Darwin dengan manusia dan kera? Inilah kekuatan dari teori survival of the fittest yang dicetuskan Darwin memengaruhi ilmuwan lainnya. Salah satunya adalah Adolf Leonard Huxley. 

Prof Harry mengatakan, dalam bukunya ‘Man Place in Nature’ Huxley berani membandingkan manusia dengan simpanse, karena melihat dan menilai ada kedekatan fisik. Huxley, kata Prof Harry, struktur anatomi dan proses pertumbuhan antara manusia dan simpanse hampir sama. Demikian jugaperkembangan evolusi dari kera dan manusia terjadi dalam tata cara dan hukum yang sama pula. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement