Rabu 05 Mar 2025 20:31 WIB

Dukung Program Makan Bergizi Gratis, FFI: Siswa Sambut Positif

FFI juga melakukan survei 359 siswa yang iku program uji coba MBG di Cikarang.

Corporate Communication Manager FFI Fetti Fadliah menyampaikan dukungan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Foto: Republika.co.id
Corporate Communication Manager FFI Fetti Fadliah menyampaikan dukungan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi Presiden Prabowo Subianto mendapat dukungan dari PT Frisian Flag Indonesia (FFI). Bahkan, FFI telah memulai proyek percontohan yang mengadopsi semangat MBG di 10 sekolah dasar di sekitar pabrik kawasan Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Perusahaan pada medio Oktober 2024, menggelar program uji coba dengan memberikan MBG kepada lebih 2.000 siswa di delapan SD dan dua SMP. Bermitra dengan Indonesia Food Security Review (IFSR) dan Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (PKGK FKM UI), FFI ingin uji coba MBG bisa tepat sasaran.

Baca Juga

"Uji coba yang kami lakukan di Cikarang memasukkan minum susu sebagai bagian dari makan bergizi gratis. Kami mendapat tanggapan positif dari siswa dan guru sekolah, dan minum susu menjadi bagian yang dinantikan oleh anak-anak," ujar Corporate Communication Manager FFI Fetti Fadliah dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (5/3/2025).

Selain itu, kata Fetti, FFI juga melakukan survei terhadap 359 siswa yang mengikuti program uji coba MBG di Cikarang. Hasilnya, mereka menemukan mayoritas siswa mengalami kurang gizi, bahkan ada yang berstatus gizi buruk.

Menurut dia, pemberian produk susu secara rutin saat MBG akan membantu pemenuhan gizi yang dibutuhkan. "Melihat respons ini, FFI semakin yakin bahwa program MBG sangat bermanfaat dalam meningkatkan status gizi anak dan membangun Indonesia menjadi bangsa yang kuat," kata Fetti.

Wakil Ketua PKGM FKM UI, Prof. Dr. drg Sandra Fikawati MPH menyampaikan, pihaknya memiliki survei yang menunjukkan konsumsi susu di Tanah Air masih rendah, hanya 16 liter per kapita per tahun. "Angka ini masih jauh dibanding negara-negara maju seperti Belanda yang sudah 250 liter per kapita per tahun," kata Fikawati.

Dia pun menyayangkan adanya seruan untuk menghentikan konsumsi susu dan diganti dengan makan ikan atau daging. Menurut Fikawati, minum susu mengandung kalsium dan vitamin D yang sangat baik diberikan kepada anak setelah masa ASI eksklusif, balita, usía sekolah dan dewasa, bahkan hingga usía lanjut.

Dari survei yang dilakukannya mendapati balita yang kurang mengonsumsi susu berdampak pada stunting, pelambatan pertumbuhan, malnutrisi, hingga overweight di masyarakat kota. "Makanan harus diberikan seimbang, tidak boleh berlebih atau kurang," kata Fikawati dalam diskusi di Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement