Kamis 18 Sep 2025 17:30 WIB

Pembunuh Kacab BRI Cuma Kena Pasal Penculikan, Pengacara Keluarga: Mestinya Pembunuhan Berencana

Tersangka sudah punya niat penculikan dan kekerasan sejak awal.

Rep: Bayu Adji/ Red: Teguh Firmansyah
Sejumlah tersangka dihadirkan saat pengungkapan kasus pembunuhan kepala cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (16/9/2025). Polda Metro Jaya mengungkap kasus pembunuhan kepala cabang BRI dengan mengamankan 15 orang tersangka dan sejumlah barang bukti.
Foto: ANTARA FOTO/Meli Pratiwi
Sejumlah tersangka dihadirkan saat pengungkapan kasus pembunuhan kepala cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (16/9/2025). Polda Metro Jaya mengungkap kasus pembunuhan kepala cabang BRI dengan mengamankan 15 orang tersangka dan sejumlah barang bukti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polda Metro Jaya telah menangkap 15 tersangka dalam kasus kematian kepala cabang pembantu (kacab) BRI berinisial MIP (37 tahun) pada Selasa (16/9/2025). Para tersangka itu dikenakan Pasal 328 dan/atau Pasal 333 ayat 3 KUHP terkait penculikan yang menyebabkan kematian. 

Kuasa hukum keluarga kacab BRI, Boyamin Saiman, mengaku tidak puas dengan pengenaaan pasal itu kepada para tersangka. Pasalnya, para tersangka sejak awal memiliki niat untuk melakukan pembunuhan kepada korban dalam aksinya tersebut.

Baca Juga

"Pokoknya saya tidak puas, meskipun bukan soal kecewa tidak kecewa. Tidak puas dan sudah menyampaikan aspirasi pada penyidik, minta dikenakan pasal pembunuhan berencana atau 340 KUHP," kata dia saat dihubungi Republika, Kamis (18/9/2025)

Boyamin mengaku telah mengikuti pernyataan yang telah disampaikan Polda Metro Jaya saat konferensi pers pengungkapan kasus itu pada Selasa lalu. Dalam kesempatan itu, polisi menjelaskan bahwa para tersangka melakukan penculikan dengan niat melakukan pemaksaan dengan kekerasan kepada korban.

Dalam rencana itu, para tersangka menyiapkan dua opsi yang akan dilakukan kepada korban. Opsi pertama, melakukan pemaksaan dengan kekerasan dan melepaskan korban apabila yang bersangkutan bisa diajak kerja sama. Opsi kedua, korban akan dibunuh apabila tidak mau diajak bekerja sama.

"Berarti kan, pembunuhan berencana itu sejak awal, bahwa kalau nanti tidak nurut, dibunuh, dan antara tidak nurut sampai pembunuhan itu kan ada jeda waktu. Jeda waktu untuk mengurungkan atau membatalkan, tapi nyatanya tetap diteruskan membunuh, menghilangkan nyawa, bahasa hukumnya begitu," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement